Venezuela kembali terjerumus dalam krisis ekonomi yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Pendapatan negara dari sektor minyak menurun akibat sanksi ekonomi terbaru Amerika Serikat terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro. Situasi ini semakin rumit dengan keterbatasan pemerintah dalam mengambil kebijakan responsif, meskipun sempat mencapai stabilitas ekonomi pasca-pandemi.
Dilansir The Associated Press, kondisi Venezuela memburuk dengan cepat sehingga Maduro memutuskan untuk mengumumkan keadaan darurat ekonomi. Langkah-langkah penyelamatan ekonomi termasuk penghapusan pajak sementara dan pembelian wajib produk dalam negeri untuk mengurangi impor.
Meskipun sebelumnya sempat menunjukkan tanda-tanda pemulihan pasca pandemi Covid-19, kini Venezuela menghadapi inflasi yang meledak. Perbedaan tajam antara nilai tukar resmi dan pasar gelap membuat bisnis informal memilih menggunakan kurs pasar gelap. Harga barang melambung, mempengaruhi daya beli masyarakat dan menyebabkan penurunan gaji yang tidak sebanding dengan inflasi.
Harapan warga Venezuela untuk migrasi demi menyelamatkan ekonomi keluarga juga terhambat, terutama karena pengetatan kebijakan imigrasi oleh Amerika Serikat. Hal ini membuat banyak orang memilih untuk tetap tinggal di Venezuela daripada berpindah ke negara lain.
Kondisi ekonomi Venezuela semakin merosot, dengan proyeksi inflasi yang mencapai 180-200% dan sedikit tanda harapan pemulihan. warga pun merasakan dampaknya secara langsung, dengan bisnis dan pekerjaan yang semakin sulit di tengah krisis ekonomi yang sedang dialami negara ini.