Krisis Baru Jepang: Fenomena Melejitnya Bulu Babi

by -31 Views

Harga pangan di Jepang kini mengalami lonjakan harga yang signifikan, terutama saat musim panas terpanas dalam sejarah negara tersebut. Sebuah contoh dari kenaikan harga yang signifikan adalah semangkuk nasi bulu babi yang mencapai rekor harga 15.000-18.000 yen (sekitar Rp2-2,4 juta), dan ini membuatnya sulit dijangkau oleh banyak rumah tangga Jepang. Restoran di Pulau Rishiri, Hokkaido, yang menjual nasi bulu babi bafun dengan rasa manis yang khas, mengalami peningkatan harga hingga dua kali lipat dari sebelumnya. Kenaikan harga disebabkan oleh penurunan hasil tangkapan bulu babi di daerah tersebut, yang turun sekitar setengahnya dibandingkan tahun sebelumnya, dan ini secara langsung mempengaruhi ketersediaan dan harga bahan pangan.

Penyebab penurunan hasil tangkapan laut ini diyakini berkaitan dengan pemanasan global dan peningkatan suhu air di perairan Jepang. Bahkan, suhu air di Jepang telah meningkat sekitar 5 derajat Celsius dalam beberapa tahun terakhir, yang memberikan dampak langsung terhadap hasil tangkapan laut di wilayah tersebut. Akibatnya, spesies ikan dan hewan laut seperti salmon, cumi-cumi, dan sauri mengalami penurunan yang signifikan, yang secara tidak langsung mempengaruhi harga pangan di Jepang.

Selain itu, krisis pangan ini juga disebabkan oleh inflasi harga pangan yang terus meningkat. Pada bulan Juli saja, harga pangan di Jepang naik 7,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini membuat sebagian masyarakat Jepang memilih untuk membeli makanan yang lebih terjangkau seperti kroket dan tamagoyaki.

Untuk mengatasi krisis ini, Jepang menargetkan rasio swasembada pangan sebesar 69% pada tahun fiskal 2030. Namun, target ini dihadapkan pada kendala yang lebih sulit akibat tekanan iklim yang semakin meningkat. Ada upaya yang dilakukan untuk mengatur kuantitas dan waktu penangkapan ikan, termasuk meningkatkan konsumsi ikan sarden yang jumlahnya meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun inflasi di Jepang masih rendah dibanding negara lain, namun hal ini cukup memberatkan masyarakat terutama karena gaji yang belum mengalami kenaikan yang signifikan.

Source link