Kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengubah peta ekonomi dunia secara signifikan, memicu eskalasi perang dagang yang melibatkan China. Chairman CT Corp, Chairul Tanjung, mengungkapkan bahwa kebijakan tarif tinggi Trump yang menyasar semua negara berpotensi berdampak terhadap Indonesia. Dampaknya dapat dirasakan dalam bentuk penurunan permintaan dan melemahnya harga komoditas, yang berpotensi merusak ekonomi dalam negeri yang sangat bergantung pada sektor tersebut.
Lebih lanjut, Chairul menyatakan bahwa perang dagang dan kebijakan tarif yang diterapkan Trump dapat memicu penurunan pertumbuhan ekonomi, investasi, serta berdampak pada sektor fiskal dan tenaga kerja. Situasi ini juga bisa memicu pelemahan ekonomi global dengan turunnya harga komoditas, seperti terlihat dari penurunan harga minyak dan kenaikan harga emas sebagai aset safe haven.
Untuk menghadapi kondisi ini, CT menyarankan agar pemerintah Indonesia melakukan langkah-langkah strategis, termasuk dalam hal efisiensi anggaran agar tetap menjaga daya beli masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu, yang menegaskan perlunya reformasi ekonomi di tengah ancaman pertumbuhan yang lebih rendah dan potensi resesi global.
Dalam konteks reformasi ekonomi, penting bagi Indonesia untuk fokus pada reformasi dalam hal deregulasi guna memperkuat kepastian dan konsistensi dalam peraturan. Anggota DEN lainnya, Chatib Basri, menekankan bahwa deregulasi dapat membantu mengurangi biaya produksi dan meningkatkan efisiensi dalam sektor ekonomi. Sebagai contoh, deregulasi di sektor minyak dan gas pada medio 1980 membantu memotong biaya produksi dan mendorong pertumbuhan industri.
Kesimpulannya, Indonesia perlu melakukan reformasi ekonomi dalam berbagai aspek, seperti efisiensi anggaran, deregulasi, peningkatan daya beli masyarakat, hingga memperbaiki kondisi ekonomi secara keseluruhan guna mengantisipasi dampak dari kebijakan tarif global yang dapat memengaruhi perekonomian negara.
