Rusia menolak usulan Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang di Ukraina karena tidak mencakup akar permasalahan yang menurut Moskow menjadi penyebab konflik. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyampaikan bahwa pembicaraan antara Rusia dan AS mengenai penyelesaian perang sedang mengalami kebuntuan. Pernyataan Ryabkov ini menegaskan kegagalan kedua negara dalam menjembatani perbedaan yang telah disoroti oleh Presiden Rusia Vladimir Putin lebih dari dua minggu lalu. Saat itu, Putin menekankan bahwa proposal yang diajukan AS perlu diperbaiki sebelum Rusia bisa mempertimbangkannya lebih lanjut.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump tampaknya semakin tidak sabar dengan lambatnya perkembangan negosiasi. Dalam beberapa hari terakhir, Trump mengungkapkan kekecewaannya terhadap Putin dengan mengatakan bahwa ia “sangat marah” atas sikap Rusia dalam pembicaraan damai. Trump bahkan mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia jika Moskow terus menghambat kesepakatan.
Dalam wawancara dengan majalah International Affairs, Ryabkov menegaskan bahwa Rusia tidak bisa menerima usulan AS dalam format yang ada saat ini. Ryabkov menyatakan bahwa proposal AS tidak mencakup tuntutan Rusia untuk menyelesaikan akar konflik. Putin telah menetapkan beberapa syarat untuk perdamaian, namun Ukraina menolak keras tuntutan tersebut.
Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa kontak dengan AS masih terus berlangsung walau Trump mulai menunjukkan sikap yang lebih tegas terhadap Rusia. Dengan mandeknya negosiasi antara Rusia dan AS, situasi perang di Ukraina masih jauh dari kata selesai. Kedua pihak terus bersikeras dengan kepentingan masing-masing, sementara dunia internasional menanti apakah ada jalan keluar yang dapat mengakhiri konflik yang telah memasuki tahun keempat ini.