Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tengah bersiap untuk mengumumkan serangkaian tarif besar-besaran yang dijuluki sebagai “Liberation Day” atau “Hari Pembebasan” pada Rabu (2/4/2025). Sejumlah negara dan pasar global menantikan kepastian terkait cakupan kebijakan tersebut yang berpotensi memicu perang dagang global.
Trump dijadwalkan akan mengungkap langkah-langkah baru ini dalam sebuah acara di Rose Garden Gedung Putih. Ia bersama anggota kabinetnya, berjanji bahwa kebijakan tersebut akan mengakhiri eksploitasi terhadap Amerika Serikat dan membawa perkembangan positif bagi industri dalam negeri. Meskipun demikian, rincian akhir dari kebijakan ini masih dalam tahap penyelesaian hingga malam sebelum pengumuman.
Dikenal sebagai pendukung tarif perdagangan, Trump percaya bahwa langkah ini dapat mengurangi defisit perdagangan AS dengan berbagai negara, tanpa memandang sekutu maupun rival. Namun, para ekonom dan kritikusnya mengingatkan bahwa tarif tersebut dapat merugikan konsumen AS, meningkatkan inflasi, serta memicu resesi yang dapat berdampak negatif pada ekonomi domestik dan global.
Ketidakpastian mengelilingi kebijakan tarif ini dipertahankan oleh Trump hingga detik-detik terakhir. Ia telah merumuskan kebijakan ini sejak berminggu-minggu, dengan memberikan sinyal yang saling bertentangan. Namun, Gedung Putih menegaskan bahwa kebijakan tarif baru ini akan berlaku “segera” setelah diumumkan, tanpa memberikan kesempatan untuk negosiasi lebih lanjut dengan negara-negara yang terdampak.
Sejauh ini, sejumlah negara yang kemungkinan menjadi target kebijakan tarif ini telah mempersiapkan langkah-langkah balasan dan menyatakan kesiapan untuk berunding. Pasar global telah menunjukkan ketidakstabilan menjelang pengumuman Trump. Para pemimpin negara seperti Kanada, Uni Eropa, dan Vietnam telah memberikan respons terhadap kemungkinan perang dagang global yang semakin nyata akibat kebijakan tarif yang akan diumumkan.