Perang di Timur Tengah terus berkecamuk, dengan kekerasan yang masih terjadi terutama akhir pekan kemarin. Militer Amerika Serikat (AS) dan Inggris dilaporkan telah melakukan tiga serangan udara di Yaman, tepatnya di wilayah barat laut, Saada. Saada dianggap sebagai benteng utama kelompok Houthi dan menjadi gerbang menuju Arab Saudi karena keduanya berbagi perbatasan darat di wilayah tersebut. Meskipun laporan hitam menyebutkan serangan udara di Saada timur oleh pesawat agresi Amerika-Inggris, detail tentang lokasi serangan atau konsekuensinya belum dijelaskan, dan hingga saat ini belum ada komentar langsung dari kedua negara tersebut atau dari Arab Saudi. Sejak akhir tahun 2023, Houthi telah menargetkan kapal kargo Israel atau yang terkait dengan Tel Aviv di Laut Merah dengan rudal dan pesawat nirawak, dalam solidaritas dengan Gaza yang mengalami konflik dengan Israel. Intervensi AS dan Inggris di Yaman telah meningkatkan ketegangan, dengan Houthi memproklamasikan kapal Amerika dan Inggris sebagai target militer. Iran, sebagai sekutu terdekat Houthi di Yaman, mengutuk keras serangan udara di Saada sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara dan menekankan bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan hukum internasional. Keselamatan rakyat Palestina juga menjadi sorotan dalam konteks serangan ini, dengan Iran menyerukan tindakan tegas dari masyarakat internasional untuk menghentikan kekerasan yang terjadi di Palestina yang diduduki. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyoroti eskalasi konflik di Timur Tengah antara Israel dan Houthi yang dapat mengancam stabilitas regional serta dampaknya yang merugikan secara politik, keamanan, ekonomi, dan kemanusiaan. Selain itu, serangan Houthi yang menargetkan Israel dan infrastruktur energi telah mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan, memperparah kondisi konflik di Timur Tengah. Houthi juga diketahui telah melakukan serangan yang merugikan Israel, menyebabkan kekhawatiran bahwa Yaman dapat menjadi Gaza ke-3 di kawasan Arab.