Di Jepang, masyarakat lansia mengalami masalah yang cukup mengkhawatirkan karena banyak dari mereka terlibat dalam tindak kriminal dan bahkan ingin masuk penjara demi menyambung hidup. Menurut laporan, para lansia merasa bahwa penjara memberikan tempat tinggal, layanan kesehatan 24 jam, dan memenuhi kebutuhan dasar mereka, hal yang sulit didapatkan saat mereka tidak lagi produktif. Jumlah lansia yang terlibat dalam kejahatan di atas usia 65 tahun meningkat lebih dari dua kali lipat selama dua dekade terakhir.
Sebagai contoh, seorang kakek bernama Toshio Takata secara sukarela ingin dipenjara karena masalah finansial. Dia memilih untuk mencuri sepeda dan menyerahkan diri kepada polisi agar dipenjara, karena di sana dia bisa makan dan tinggal secara gratis. Kasus serupa dialami oleh sebagian perempuan lansia, yang mayoritas tersangkut dalam kasus pencurian karena kesepian akibat ditinggal keluarga.
Kondisi ini menimbulkan permasalahan sosial di Jepang, di mana banyak lansia menganggap penjara sebagai tempat yang memberikan kesejahteraan dan bahkan lebih baik daripada hidup mereka di luar penjara. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah tahanan lansia di negara ini. Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya integrasi kehidupan sosial yang jelas di antara masyarakat Jepang serta langkah-langkah pembatasan penahanan lansia atau penawaran amnesti dari pemerintah.
Dengan populasi lansia yang semakin mendominasi di masa depan, perlu adanya perubahan pola pikir masyarakat terhadap kehidupan lansia dan peningkatan jaring pengaman sosial untuk mencegah terjadinya kasus-kasus serupa seperti yang dialami oleh Toshio dan Takako. Menyadari bahwa penjara bukanlah solusi terbaik untuk memenuhi kebutuhan hidup lansia, Jepang perlu melakukan reformasi yang lebih serius untuk merubah pandangan bahwa penjara membawa kebahagiaan bagi lansia yang sebenarnya sedang kesepian.