“Menakjubkan: Air Galon Miskiniban Kelas Menengah”

by -12 Views
“Menakjubkan: Air Galon Miskiniban Kelas Menengah”

Trend penurunan kasta masyarakat kelas menengah di Indonesia selama pandemi Covid-19 menjadi perhatian utama. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2019, jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 57,33 juta orang, yang setara dengan 21,45% dari total penduduk. Namun, pada tahun 2024, angka tersebut turun menjadi 47,85 juta orang atau 17,13% dari total penduduk. Hal ini menunjukkan adanya penurunan sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah.

Selain itu, kelompok masyarakat rentan atau aspiring middle class dan kelompok masyarakat rentan miskin juga mengalami peningkatan jumlah. Kelompok masyarakat rentan miskin meningkat dari 54,97 juta orang atau 20,56% pada tahun 2019 menjadi 67,69 juta orang atau 24,23% dari total penduduk pada tahun 2024. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak golongan kelas menengah yang turun kelas ke kedua kelompok tersebut.

Pengeluaran penduduk kelas menengah yang semakin mendekati batas bawah pengelompokan juga menjadi peringatan akan sulitnya mereka untuk naik ke kelas ekonomi yang lebih tinggi. Salah satu faktor yang disoroti adalah kebiasaan mengkonsumsi air kemasan seperti galon, yang menurut Ekonom senior Bambang Brodjonegoro dapat memengaruhi pengeluaran dan pendapatan kelas menengah. Di negara maju, warga kelas menengah biasanya dapat menikmati air minum gratis di tempat umum yang disediakan pemerintah, sehingga tidak memerlukan pengeluaran tambahan untuk membeli minum.

Meskipun faktor kebutuhan air minum menjadi perhatian, penurunan kelas menengah juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun. Banyak kelas menengah kehilangan pekerjaan atau mengalami kebangkrutan bisnis selama periode tersebut. Selain itu, faktor lain seperti tingkat suku bunga yang tinggi dan kenaikan harga beras juga berkontribusi dalam penurunan kekuatan ekonomi kelas menengah.

Peristiwa-peristiwa ini, ditambah dengan judi online yang adiktif, mempengaruhi kondisi ekonomi seseorang dengan cepat dan mengancam kesehatan keuangan mereka. Kombinasi dari berbagai faktor ini membuat sebagian kelas menengah turun ke aspiring middle class, menggarisbawahi kerentanan ekonomi di tengah kondisi yang tidak pasti.