Pengusaha Bos Beri Peringatan: Waspada! Semua Pertumbuhan Terancam Menipis

by -41 Views

Pelaku usaha nasional memperingatkan potensi ancaman yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi di masa depan. Oleh karena itu, langkah-langkah antisipatif perlu segera disiapkan.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,11% pada kuartal I-2024 mendapat respon positif dari pelaku usaha dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi yang melampaui 5% dianggap sebagai pencapaian positif di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.

Tidak hanya itu, kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menerapkan Omnibus Law juga dianggap sebagai pencapaian luar biasa. Pelaku usaha mengapresiasi keputusan Jokowi tersebut, karena reformasi struktural tersebut belum pernah terpikir sebelumnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani menyampaikan hal tersebut dalam Economic Update 2024 CNBC Indonesia pada Jumat (2/10/2024).

Shinta mengatakan, “Kami mengapresiasi tindakan yang diambil oleh pemerintah Presiden Jokowi. Pembangunan infrastruktur dan pembangunan pada masa pemerintahan Presiden Jokowi merupakan yang terbesar. Kami juga mengapresiasi Omnibus Law, hal ini luar biasa. Reformasi struktural yang tidak pernah terpikir sebelumnya. Selama ini terlalu banyak regulasi, lisensi berlebihan, dan tumpang tindih. Ada perbaikan. Meskipun implementasinya masih menimbulkan masalah, itu adalah hal lain.”

“Tumbuhnya ekonomi sebesar 5,11% di tengah ketegangan geopolitik merupakan pencapaian yang luar biasa. Kami mengapresiasi hal ini. Namun, yang paling penting adalah langkah antisipatif selanjutnya,” tambah Shinta.

Shinta juga menyoroti kemampuan pemerintah dalam mengendalikan inflasi sebesar 2,51% dan inflasi impor yang berasal dari bahan pangan. Bahkan, menurutnya, sudah terjadi deflasi harga pangan.

Namun demikian, dari data pertumbuhan yang ada, tren pertumbuhan belum sesuai dengan harapan. Shinta juga menyoroti pertumbuhan konsumsi pada periode Lebaran tahun 2024.

“Namun, perlu hati-hati. Meskipun neraca perdagangan surplus, namun tipis. Investasi PMDN meningkat namun PMA menurun. Perlu dipikirkan dengan seksama untuk mengantisipasi kondisi ke depan karena semua pertumbuhan semakin melandai,” ujarnya.

Shinta juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi saat ini, di mana tabungan masyarakat semakin berkurang. Peningkatan daya beli masyarakat menjadi kebutuhan.

“Masyarakat kelas menengah harus diperhatikan. Konsumsi domestik tetap menjadi andalan kita. Konsumsi rumah tangga pada kuartal I tumbuh hanya 4,9% sementara pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11%. Artinya, pertumbuhan sangat lambat. Meskipun Lebaran, seharusnya konsumen meningkat. Namun, hal tersebut tidak terjadi. Hal ini perlu mendapat perhatian,” ungkap Shinta.