Arab Saudi Tidak Puas Jika Kamala Harris Menjadi Presiden Amerika Serikat

by -58 Views

Arab Saudi mungkin tidak akan senang jika Kamala Harris, Wakil Presiden Amerika Serikat saat ini, benar-benar menjadi presiden AS. Hal ini diyakini oleh sejumlah pengamat yang mengacu pada Putra Mahkota Arab Saudi dan Perdana Menteri Mohammed bin Salman (MBS).

Sosoknya yang dekat dengan aktivis hak asasi manusia menjadi penyebabnya. Harris bisa mengungkap catatan buruk Arab Saudi terkait HAM, seperti kematian Jamal Khashoggi yang sering kali dikaitkan dengan MBS.

“Pasangan presiden liberal seperti Kamala Harris, yang dekat dengan aktivis HAM, juga akan menjadi perhatian,” kata pengamat dari Stimson Center, Mathew Burrows, dalam wawancara dengan Business Insider.

MBS khawatir bahwa di bawah pemerintahan liberal seperti Harris, Partai Demokrat akan lebih vokal dalam mengkritik catatan HAM Arab Saudi yang buruk.

Meskipun saat berkampanye, Presiden AS Biden sempat memberikan perhatian pada kematian Khashoggi di Turki tahun 2018 dan berjanji untuk mengambil tindakan tegas terhadap Arab Saudi.

Harris juga vokal dalam kampanyenya tahun 2020, mengutuk pembunuhan tersebut dan mendukung usaha untuk mengungkap informasi lebih lanjut tentang kematian Khashoggi. Dia menyatakan perlunya AS untuk mengevaluasi hubungan dengan Arab Saudi berdasarkan nilai dan kepentingan Amerika.

Hubungan antara AS dan Arab Saudi sempat tegang di awal pemerintahan Biden, namun kesepakatan akhirnya terjalin dengan fokus pada menentang Iran dan mencari stabilitas di Timur Tengah.

Namun, Harris bisa memperumit hubungan ini dan menjadi hambatan bagi normalisasi hubungan Arab Saudi dengan Israel, sekutu penting AS di kawasan tersebut.

Harris juga mendukung hak-hak perempuan dan kelompok LGBTQ+, hal ini kontras dengan hukum Arab Saudi yang membatasi hak-hak perempuan dan melarang hubungan sesama jenis.

Para pakar yakin Arab Saudi mungkin akan mengharapkan kesinambungan dari kepresidenan Harris untuk memperluas pendekatan Biden terhadap Timur Tengah.

Di sisi lain, Harris juga diyakini akan mampu mengalahkan mantan Presiden AS Donald Trump dalam bursa pilpres. Harris unggul dua poin di atas Trump dalam jajak pendapat terbaru.

Meskipun Trump masih memiliki keunggulan tipis dalam beberapa survei terbaru, banyak warga AS menganggap keputusan Biden untuk mendukung Harris sebagai langkah yang tepat dan dapat meningkatkan peluang Partai Demokrat untuk menang pada bulan November.

Kedua survei tersebut menunjukkan bahwa Harris dapat menetralisir popularitas Trump pasca pengumuman dukungan dari Biden, meskipun keputusan akhir mengenai calon presiden dari Partai Demokrat masih belum diambil.