Hamas Menang Telak dalam Konflik dengan Israel di Gaza, Tanda Kemenangannya

by -50 Views

Militer Israel Melancarkan Serangan Udara terhadap Pengungsian di Rafah, Sedikitnya 50 Orang Dilaporkan Tewas Akibat Serangan

Jakarta, CNBC Indonesia – Para analis menilai bahwa Israel telah terjebak dalam perang yang sulit untuk dimenangkan. Hal ini terjadi karena kelompok Hamas semakin memperkuat pertahanannya.

“Saya tidak yakin Israel dapat menghancurkan Hamas sepenuhnya,” kata Shadi Abdelrahman, seorang analis politik dan penduduk asli Gaza seperti dilaporkan RT pada Kamis (4/7/2024).

“Hamas bukanlah kelompok yang biasa. Mereka bukan orang asing. Mereka memiliki ideologi yang terkait dengan tujuan tertentu, yaitu mempertahankan tanah mereka atau membalas kematian orang-orang yang mereka kasihi,” tambahnya.

Sebelum serangan mematikan pada 7 Oktober, kelompok Islam yang telah memerintah Gaza sejak 2007 memiliki lima brigade atau 25 batalyon dengan jumlah total pejuang aktif sebanyak 30.000 orang.

Pada Juni, Israel mengakui bahwa mereka hanya berhasil menyingkirkan setengah dari pasukan Hamas, atau sekitar 15.000 pejuang Hamas. Pada Selasa malam, kepala staf Israel, Herzi Halevi, mengumumkan bahwa pasukan Israel telah menewaskan minimal 900 militan di Rafah, di selatan Gaza.

Laporan menunjukkan bahwa Hamas saat ini sedang merekrut kembali kadet baru, banyak di antaranya berusia 18 tahun, untuk mengisi kembali barisan mereka. Meskipun demikian, batalyon yang ada sudah cukup untuk menantang Israel.

Pada Senin, militan Hamas menembakkan dua puluh roket dari Khan Yunis ke wilayah selatan Israel, menandakan bahwa mereka masih mampu melakukan perlawanan. Wilayah yang sebelumnya bebas dari kehadiran Hamas sekarang mengalami kebangkitan.

Hampir setiap hari, tentara Israel terus gugur di Gaza, dengan jumlah total korban jiwa sudah melebihi 670.

Mempertahankan Kekuasaan

Kekuatan Hamas juga terlihat dari hasil perundingan sengit dengan Israel melalui mediator Mesir dan Qatar. Hamas dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak akan melepaskan kekuasaan mereka setelah perang berakhir.

Di sisi lain, Israel bersikeras bahwa mereka hanya akan mengakhiri konfrontasi saat ini jika Hamas tidak terlibat.

Namun, seorang pejabat Mesir yang terlibat dalam perundingan antara Israel dan Hamas, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengungkapkan bahwa Israel tidak punya pilihan selain mengizinkan Hamas berpartisipasi dalam pemerintahan daerah Gaza setelah konflik berakhir.

“Israel tidak menginginkan Hamas kembali berkuasa, tetapi tidak bisa menghindarinya. Hamas akan berperan dalam pemerintahan Gaza di masa depan, mungkin bersama dengan Otoritas Palestina,” ujarnya.

Israel Ulangi Kesalahan Masa Lalu AS

Di sisi lain, Miriam Wardak, mantan ajudan penasihat keamanan nasional Afghanistan, mengatakan bahwa tindakan Israel mengingatkannya pada perilaku Amerika Serikat dua dekade yang lalu.

Pada tahun 2001, setelah serangan mematikan 9/11, AS menginvasi Afghanistan untuk menjatuhkan kekuasaan Taliban. AS dan sekutunya berusaha memperkuat pemerintahan setempat yang sekuler, namun dua dekade dan biaya US$2,3 miliar kemudian, Washington gagal mencapai tujuannya. Pada bulan Agustus 2021, Taliban kembali mengambil alih kekuasaan, dan pasukan AS terpaksa mundur.

Wardak menekankan bahwa Israel tampaknya mengulangi kesalahan yang sama.

“Seperti AS, Israel mungkin meremehkan kemampuan lawannya untuk beradaptasi, bertahan, dan mempertahankan dukungan meskipun tekanan militer besar-besaran. Selain itu, Israel mungkin tidak merespons dengan cukup tepat terkait dukungan eksternal yang diterima Hamas dari aktor regional. Operasi militer besar-besaran Israel yang menyebabkan banyak kematian warga sipil hanya akan meningkatkan pertentangan lokal dan internasional, serta meradikalisasi lebih lanjut,” kata Wardak.

Wardak meyakini bahwa menghancurkan Hamas akan menjadi tugas yang sulit. Berdasarkan pengalaman AS di Afghanistan, ia percaya bahwa tekanan militer bukanlah satu-satunya solusi.

“Untuk mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh Hamas, Israel harus mengambil pendekatan yang beragam. Pertama, meningkatkan kondisi kehidupan di Gaza. Kedua, mendukung pembangunan struktur pemerintahan Palestina yang sah dan efektif untuk menyeimbangkan pengaruh Hamas. Ketiga, bekerja sama dengan mitra internasional untuk menerapkan tekanan diplomatik dan ekonomi terhadap Hamas, sambil menghindari tindakan yang memperburuk kondisi penduduk Palestina. Terakhir, menjelajahi peluang dialog tidak langsung dan mekanisme penyelesaian konflik untuk mengurangi permusuhan dan menciptakan kondisi bagi solusi politik jangka panjang,” tambahnya.

Sumber: CNBC Indonesia

[Video: Serangan Israel Tewaskan 24 Warga Dalam 3 Serangan Terpisah](https://cnbcindonesia.com/news/20240626075939-8-549348/video-serangan-israel-tewaskan-24-warga-dalam-3-serangan-terpisah)