Mengapa Mesir Membuka Perbatasan Rafah-Gaza Dengan Tidak Sepenuh Hati

by -262 Views

Mesir telah membuka perbatasannya dengan Gaza, Rafah. Pembukaan ini bertujuan untuk mengevakuasi korban luka akibat serangan Israel di wilayah tersebut dan menjadi jalan keluar bagi warga asing yang masih berada di Gaza.

Namun, pembukaan ini masih terbatas karena Mesir khawatir akan adanya gelombang pengungsi Palestina ke wilayah Semenanjung Sinai. Perdana Menteri Mesir, Mostafa Madbouly, mengatakan bahwa mereka siap mengorbankan jutaan nyawa untuk memastikan tidak ada orang yang melanggar batas wilayah mereka.

Negosiasi mengenai pembebasan warga Palestina yang terluka dan beberapa warga negara asing terkait erat dengan aliran bantuan dari Mesir ke Gaza melalui jalur yang sama. Pembukaan ini dimediasi oleh Qatar dan Amerika Serikat (AS).

Beberapa pihak mengkritik Mesir dan Presidennya, Abdel Fattah El-Sisi, karena tidak membuka perbatasan dengan Palestina sejak serangan Israel dimulai sebagai tanggapan atas amukan Hamas pada 7 Oktober lalu. Sisi mengatakan bahwa dunia tidak boleh memaafkan penggunaan penderitaan manusia untuk memaksa orang mengungsi.

Data rahasia pemerintahan Israel disebut menunjukkan rencana untuk mengusir puluhan ribu warga Palestina ke Sinai untuk sementara. Warga Palestina takut terulangnya apa yang mereka sebut Nakba, atau malapetaka, saat adanya pengusiran 700.000 warga Palestina pada tahun 1948 setelah berdirinya Israel.

Mesir juga tidak ingin mengulangi pengalaman Lebanon dan Yordania, yang telah menampung pengungsi Palestina selama beberapa dekade. Sisi menganggap menempatkan 1 juta warga Palestina di kamp-kamp di negaranya sebagai risiko politik yang tidak layak.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, berharap aliran warga asing yang meninggalkan Gaza akan terus berlanjut dan hal ini mungkin mengarah pada pembebasan lebih banyak sandera, aliran bantuan yang lebih besar, dan bahkan jeda kemanusiaan.

PBB mengatakan bahwa 59 truk yang membawa air, makanan, dan obat-obatan telah memasuki Gaza melalui Rafah, konvoi terbesar sejak pengiriman bantuan dilanjutkan pada tanggal 21 Oktober. Targetnya adalah mencapai 100 truk setiap hari pada akhir minggu.

Dalam sebuah artikel di Washington Post, Blinken menjelaskan kepada Israel bahwa bagi kepentingan keamanannya sendiri, Tel Aviv perlu mengizinkan Mesir mengirim lebih banyak bantuan ke Gaza. Memberikan bantuan dan perlindungan segera bagi warga sipil Palestina dalam konflik juga merupakan landasan yang diperlukan untuk menemukan mitra di Gaza yang memiliki visi masa depan yang berbeda dari Hamas.