Peringatan RI! Deteksi Gejala Gorila El Nino, Apa Artinya?

by -211 Views

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi bahwa kemarau panjang dan suhu tinggi akibat fenomena El Nino belum akan berakhir dalam waktu dekat. Tim Variabilitas, Perubahan Iklim dan Awal Musim (TIVIPIAM) BRIN menemukan tanda-tanda akan terjadinya Gorila El Nino atau kemarau yang makin parah di Indonesia.

Ketua TIM TIVIPIAM BRIN, Erma Yulihastin mengungkapkan bahwa indeks El Nino terus meningkat, sementara energi dari wilayah timur Samudra Pasifik yang dekat dengan Peru juga melakukan transfer energi ke arah barat. Ketika indeks mencapai angka 2, kekeringan akan semakin terasa.

Pengukuran indeks dan kekuatan El Nino dilakukan dengan membagi wilayah di sekitar Samudra Pasifik menjadi 4 bagian. Wilayah timur Pasifik yang mengarah ke negara Peru adalah area 1 dan 2, sementara wilayah barat Samudra Pasifik adalah area 3 dan 4. Area 3 dan 4 berada lebih dekat dengan Papua dan berpengaruh terhadap kondisi iklim Indonesia. Jika fenomena El Nino bergerak ke area 3 dan 4, kemarau akan bertahan lebih lama dengan intensitas yang lebih kuat, seperti yang terjadi pada El Nino tahun 2015.

El Nino tahun 2015 berlangsung lebih lama dari yang seharusnya, yaitu lebih dari 1 tahun hingga hampir 2 tahun. Fenomena El Nino pada tahun tersebut juga disebut sebagai Gorila El Nino oleh ahli El Nino dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Michael McPhaden, karena periode waktu yang panjang dan intensitas yang tinggi.

Erma mengatakan bahwa saat ini tanda-tanda terjadinya Gorila El Nino sedang diwaspadai. Kekuatan El Nino saat ini semakin mendekati area 3 Samudra Pasifik, atau semakin mendekati wilayah Indonesia. Jika El Nino semakin mendekati area 3, maka dipastikan akan terjadi kemarau yang lebih panjang di Indonesia, yang disebut sebagai Gorila El Nino.

Namun, Erma juga mengatakan bahwa belum ada yang dapat memastikan apakah Gorila El Nino akan terjadi di Indonesia. Para peneliti masih terus memantau perkembangan cuaca di Samudra Pasifik. Banyak ahli menduga bahwa fenomena Gorila El Nino disebabkan oleh kenaikan suhu bumi lebih dari 1,5 derajat Celsius akibat perubahan iklim. Banyak badan klimatologi dunia sedang berusaha membuat pemodelan cuaca yang lebih akurat dengan menghitung perbedaan suhu 1,5 derajat tersebut.