Jonggol & JSS Meminta Presiden Baru, Apa yang Akan Dilakukan Jokowi?

by -120 Views

Sejumlah proyek besar di Indonesia pernah dibatalkan akibat pergantian presiden. Kali ini muncul kekhawatiran yang sama pada Ibu Kota Nusantara (IKN), salah satu proyek nesar milik Presiden Joko Widodo (Jokowi).

IKN saat ini menjadi salah satu topik yang paling sering disinggung selama masa kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024. Selama masa kampanye, kepastian masa depan calon ibu kota negara itu “goyang” habis-habisan. Adapun, indikasi batalnya mega proyek ini muncul dari calon presiden (capres) nomor urut satu, Anies Baswedan.

Dalam kampanyenya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu sudah berkali-kali mengkritik proyek pemindahan ibu kota tersebut. Jika terpilih, Anies berjanji akan mengkaji ulang kelanjutan proyek IKN. Ia mengatakan, anggaran yang dimiliki negara sedikit dan lebih baik dialokasikan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. “Nanti saya lihat, kalau saya terpilih, kita akan kaji ulang itu semua, kaji ulang,” kata Anies dalam sebuah acara diskusi di Bandung.

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, peristiwa dibatalkannya proyek yang digagas kepala negara pernah beberapa kali terjadi ketika tampuk kepemimpinan nasional berganti. Berikut daftar sejumlah proyek yang dibatalkan akibat pergantian presiden:

Proyek Ibu Kota Jonggol
Presiden Soeharto sempat berencana untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke kawasan Jonggol, Jawa Barat. Dalam persiapan sebagai ibu kota, Jonggol hendak dijadikan kota terlebih dahulu. Rencana itu muncul saat Presiden Soeharto merilis sebuah Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 1/1997 tertanggal 15 Januari 1997 tentang Koordinasi Pengembangan Kawasan Jonggol sebagai Kota Mandiri.

Proyek Mobil Timor
Orde Baru juga pernah memiliki proyek mobil nasional yang dikenal dengan nama Timor. Dengan anggaran yang besar, proyek mobil ini dijalankan oleh PT Timor Putra Nasional yang dimiliki oleh anak Presiden Soeharto, Tommy Soeharto.

Jembatan Selat Sunda (JSS)
Sejarah proyek Jembatan Selat Sunda bisa ditarik hingga 1960, yakni ketika profesor Sedyatmo mencetuskan konsep Tri Nusa Bimasakti atau interkoneksi antar tiga pulau yakni Jawa-Sumatera-Bali. Proyek ini baru mulai digarap cukup serius pada 1986 alias ketika Presiden Soeharto menugaskan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) untuk mengkaji Tri Nusa Bimasakti.

Rencana pembangunan jembatan ini kemudian tak pernah disinggung lagi oleh Jokowi. Pada Oktober 2014, Andrinof Chaniago yang saat itu menjabat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional mengatakan tidak ada rencana dari presiden untuk melanjutkan proyek ini.