Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah mengeluarkan peringatan khusus bagi beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia, terkait fenomena perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. Badan Meteorologi Dunia (WMO), sebagai lembaga di bawah naungan PBB, merilis laporan berjudul ‘State of the Climate in Asia 2024’. Menurut laporan tersebut, pada tahun 2024, Asia mengalami salah satu tahun terhangat yang pernah tercatat, dengan gelombang panas yang berkelanjutan. Suhu permukaan laut mencapai rekor tertinggi dan gelombang panas laut memengaruhi wilayah luas, sementara kenaikan muka air laut di Samudra Pasifik dan Hindia melebihi rata-rata global, meningkatkan risiko bagi wilayah pesisir dataran rendah.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa Asia masih menjadi wilayah yang paling terpapar masalah alam di dunia akibat cuaca dan iklim, dengan pemanasan yang lebih cepat dari rata-rata global. Selain itu, tren pemanasan global dari 1991 hingga 2024 telah meningkat dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini juga tercermin dalam kehilangan massa yang berkelanjutan pada gletser di wilayah High Mountain Asia (HMA) dan perubahan suhu permukaan laut yang signifikan.
Selain itu, laporan WMO juga mencatat dampak dari perubahan suhu permukaan laut terhadap ekosistem laut dan pola sirkulasi iklim global. Asia juga dilanda oleh bencana alam seperti siklon tropis, banjir, kekeringan, gelombang panas, dan badai debu yang melanda berbagai wilayah. Kajian proyeksi dari USAID juga menyoroti potensi tenggelamnya ribuan pulau kecil pada tahun 2050 akibat kenaikan air laut, mengancam jutaan penduduk yang berada di pulau-pulau tersebut. Semua fakta ini memperingatkan kita akan pentingnya mitigasi perubahan iklim untuk melindungi bumi kita.