Dinamika politik di Filipina terus memanas dengan mantan presiden Rodrigo Duterte yang mengusulkan tindakan radikal untuk mengatasi jumlah senator yang dianggap terlalu banyak. Dalam sebuah kampanye umum, Duterte mengusulkan untuk membunuh sejumlah senator dengan ledakan bom agar pihaknya dapat memperoleh lebih banyak lowongan di Senat. Pernyataan Duterte ini menimbulkan kontroversi di tengah persidangan putrinya, Wakil Presiden Sara Duterte, yang nasib politiknya akan ditentukan oleh Senat Filipina yang beranggotakan 24 orang setelah pemilihan umum bulan Mei. Komposisi akhir Senat akan memengaruhi kelangsungan politik Sara Duterte, dengan mayoritas senator yang merupakan sekutu Marcos. Duterte sendiri dikenal karena sering mengeluarkan ancaman kasar terhadap pejabat publik selama masa kepresidenannya, termasuk saat melancarkan perang narkoba yang menewaskan ribuan orang dan kini menjadi subjek penyelidikan internasional. Kehadiran politik Duterte di Filipina semakin rumit dengan ketegangan antara dirinya, Sara Duterte, dan Marcos Jr yang mengakibatkan pecahnya aliansi politik mereka. Bahkan, Biro Investigasi Nasional Filipina merekomendasikan agar Sara Duterte dijerat tuntutan pidana atas dugaan ancaman untuk membunuh Marcos Jr.
Serangan Bom Filipina Ngeri, Eks Presiden Ancam Anggota DPR
