Inisiatif Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat ekonomi pedesaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa-desa di seluruh Indonesia mencakup Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes) Merah Putih. Menurut Adita Irawati, Penasihat Senior di Kantor Komunikasi Presiden (KPC), Kopdes Merah Putih merupakan langkah monumental menuju era baru dalam pembangunan nasional berbasis desa. Program ini dianggap sebagai jalan menuju “kemandirian ekonomi” bagi masyarakat pedesaan dan kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.
Adita mencatat bahwa inisiatif ini menjadi jembatan dari ketergantungan pada bantuan sosial menuju pemberdayaan ekonomi yang produktif dan berkelanjutan. Sebagai contoh, masih ada 90 persen hasil tangkapan ikan di Indonesia yang tidak dapat disimpan dengan baik, serta sekitar 5 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terjerat utang pada rentenir. Lebih dari 50.000 desa dan kelurahan kekurangan fasilitas kesehatan dasar, serta 70 persen belum mendapat manfaat dari keberadaan koperasi.
Presiden Prabowo meluncurkan 80.081 koperasi Kopdes Merah Putih pada 21 Juli 2025 sebagai upaya strategis untuk membangun ekonomi yang mandiri, inklusif, dan adil. Program ini memenuhi pilar ketiga Asta Cita yang menetapkan koperasi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi pedesaan, dengan tujuan menciptakan lapangan kerja, mendorong kewirausahaan, dan memperkuat pusat produksi lokal secara berkelanjutan.
Menurut Dedi Nurendi, kepala Kopdes Merah Putih di desa Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, program ini sudah memberikan perbedaan. “Koperasi ini mengatasi kekhawatiran penduduk yang harus bepergian jauh untuk membeli kebutuhan pokok. Dalam tabungan dan pinjaman, banyak yang terjerat oleh Bank Emok [pemberi pinjaman informal],” katanya. Dedi menyebut inisiatif ini sebagai jawaban nyata atas kebutuhan ekonomi masyarakat. “Ayo bergabung dengan koperasi—ini dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Koperasi juga membina semangat kerjasama timbal balik,” tandasnya.
