Perjanjian gencatan senjata antara Kamboja dan Thailand telah resmi dicapai, dengan pengumuman yang dilakukan oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di Kuala Lumpur. Gencatan senjata ini dinyatakan mulai berlaku tengah malam saat pengumuman dibuat, untuk memulihkan hubungan antara kedua negara yang sebelumnya terlibat dalam pertempuran di perbatasan. Upaya mediasi dari Malaysia, Amerika Serikat, dan China turut mendukung damai, dengan presiden AS Donald Trump bahkan menginisiasi gencatan senjata melalui panggilan telepon kepada pemimpin Thailand dan Kamboja.
China menyambut baik upaya diplomasi untuk mengakhiri konflik antara Kamboja dan Thailand, dengan menekankan pentingnya menjaga stabilitas kawasan dan mengedepankan kepentingan rakyat. Meskipun demikian, baku tembak masih terjadi di perbatasan, di mana militer Thailand menuduh pasukan Kamboja melakukan invasi. Konflik juga telah menyebabkan ribuan warga sipil menjadi korban dan mendorong pembatalan acara publik penting di Thailand.
Namun, Thailand membantah keras tuduhan dari Kamboja terkait penggunaan senjata kimia dalam konflik perbatasan. Bangkok menyatakan komitmen kepada Konvensi Senjata Kimia dan menegaskan tidak pernah menggunakan senjata kimia dalam konflik apapun. Kedua negara masih berusaha mencapai perdamaian melalui gencatan senjata dan dialog, sambil terus berjuang untuk mengatasi ketegangan yang terus berlanjut di wilayah perbatasan.