Israel telah membuka kembali akses pengiriman bantuan ke jalur Gaza, Palestina, setelah adanya desakan dari masyarakat dan komunitas internasional. Hal ini disampaikan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kepada CNN International. Sebelumnya, banyak yang protes keras karena warga Gaza meninggal karena kelaparan. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, telah terjadi 101 kematian akibat kekurangan gizi, dengan 80 di antaranya anak-anak. Lebih lanjut, data Kemenkes Gaza menyebutkan bahwa 900 ribu anak saat ini mengalami kelaparan dan 70 ribu lainnya menunjukkan gejala malnutrisi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencatat bahwa seluruh warga Gaza sedang mengalami krisis pangan. Mereka kekurangan akses makanan yang cukup, bergizi, dan aman. Pada hari Minggu, Al Jazeera melaporkan bahwa sejumlah kecil bantuan makanan telah dikirimkan dari udara ke area pengungsian warga di Gaza utara, namun 11 orang terluka akibat paket bantuan yang jatuh ke tenda warga.
Kelompok internasional telah mengkritik keputusan Israel untuk mengirimkan bantuan lewat udara, menyebut bahwa metode ini tidak efektif dan berbahaya bagi keselamatan warga Gaza. Menurut Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, airdrop tidaklah cukup untuk mengatasi kelaparan yang parah ini. Ia menyarankan agar militer Israel membuka jalur darat dan memperbolehkan truk-truk bantuan masuk dengan aman.
Konflik di Gaza telah menewaskan ribuan warga Palestina dan melukai banyak lagi. Mayoritas korban adalah warga sipil perempuan dan anak-anak. Meski demikian, jumlah korban tewas masih terus meningkat karena banyak orang masih terperangkap di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan Israel. Selain itu, keamanan dan jaminan pergerakan yang aman melalui koridor kemanusiaan juga masih diperlukan untuk memberikan bantuan yang diperlukan bagi warga Gaza yang sedang menderita.