Penurunan angka populasi diperkirakan akan menimpa sejumlah negara di Eropa dan Asia dalam beberapa tahun mendatang. Menurut laporan dari peneliti Peter Matanle, Kei Uchida, dan Masayoshi K.Hiraiwa, populasi manusia secara global kemungkinan akan mulai mengalami penurunan pada 2050. Trend ini pertama kali terjadi di Asia, terutama di Jepang pada tahun 2010, disusul oleh Korea Selatan, China, dan Taiwan. Di Eropa, Italia menjadi negara pelopor depopulasi yang diikuti oleh negara-negara lain seperti Spanyol dan Portugal.
Para peneliti juga menyoroti bagaimana depopulasi ini dapat berdampak positif pada lingkungan bagi Jepang. Mereka meneliti variasi populasi lokal dan menemukan bahwa keanekaragaman hayati mengalami penurunan, bahkan di wilayah dengan populasi stabil. Hal ini menunjukkan perlunya pengelolaan aktif dalam memulihkan keanekaragaman hayati terutama di wilayah-wilayah dengan tingkat depopulasi yang tinggi.
Selain itu, penting untuk memperhatikan risiko ekologis akibat penurunan populasi seperti penurunan stok ikan dan deforestasi. Menyadari sumber daya alam yang semakin menipis, pemerintah dan perusahaan perlu bertindak lebih akuntabel dalam menjaga stabilitas ekonomi global. Di antara usulan solusi yang diajukan adalah investasi pada pengembangan hutan alam lokal untuk mendapatkan kredit karbon, daripada membangun infrastruktur untuk populasi yang menurun.
Dengan demikian, para peneliti menekankan pentingnya perencanaan yang matang dan tindakan proaktif dalam menghadapi dampak depopulasi bagi lingkungan dan keanekaragaman hayati di berbagai wilayah.