Ekspor batu bara Indonesia ke China dan India mengalami penurunan signifikan sejak awal tahun 2025 hingga saat ini. Plt. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani mengungkapkan bahwa ekspor batu bara ke China turun hingga 15% dibandingkan periode yang sama tahun 2024, sementara ke India turun sekitar 7%. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan produksi batu bara di China dan India serta persaingan dengan negara-negara pengekspor batu bara lainnya seperti Australia, Mongolia, dan Rusia.
Meskipun penggunaan batu bara di China masih tinggi, impor dari Indonesia belum terlalu mendesak karena China memiliki stok batu bara yang cukup tinggi. Kondisi geopolitik yang tidak menentu juga mempengaruhi harga komoditas lain dan meningkatkan tekanan biaya baik dari segi logistik maupun harga solar untuk campuran B40. Gita menekankan pentingnya efisiensi dalam menjaga operasional usaha perusahaan dari hulu ke hilir untuk menghadapi kondisi yang tidak pasti ini.
India masih menjadi pasar terbesar bagi ekspor batu bara Indonesia dengan volume mencapai 108,07 juta ton dan nilai sebesar US$ 6,25 miliar pada tahun 2024. Sedangkan China merupakan pasar besar kedua bagi batu bara Indonesia dengan volume permintaan mencapai 93,16 juta ton pada 2024. Meskipun volume permintaan meningkat, nilai ekspor batu bara ke China mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia perlu beradaptasi dengan kondisi pasar yang terus berubah untuk menjaga daya saing dalam industri pertambangan batu bara.