Permintaan komoditas batu bara Indonesia dari China dan India menunjukkan tren penurunan yang tidak terjadi secara tiba-tiba. Menurut Hazel Ilango dari ESI, sektor batu bara Indonesia menghadapi risiko pasar eksternal yang terkonsentrasi karena China dan India mengonsumsi 63% dari total ekspor batu bara Indonesia pada 2023. Fluktuasi permintaan dari kedua negara ini berdampak langsung terhadap volume ekspor dan pendapatan nasional.
Ilango menyatakan bahwa fluktuasi permintaan batu bara termasuk hal yang wajar dalam industri ini. Meskipun permintaan dari Tiongkok dan India melemah pada awal tahun ini, namun kini mulai pulih secara moderat. Menurut laporan The Energy Shift Institute “Coal in Indonesia: Paradox of Strength and Uncertainty”, Ada pergeseran struktural dalam permintaan, di mana pembangkit listrik berbasis batu bara mulai melambat sementara permintaan listrik baru di China lebih banyak dipenuhi dengan sumber energi bersih.
Decoupling di India juga menunjukkan tren serupa, di mana sebagian besar permintaan listrik baru masih dipenuhi dengan batu bara. Jika tren ini berlanjut, ekspor batu bara Indonesia berpotensi stagnan atau bahkan turun dalam jangka panjang. Hal ini menjadi perhatian dalam memantau perkembangan pasar batu bara Indonesia di masa depan.