Badan Pusat Statistik (BPS) akan segera mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal I-2025. Diperkirakan ekonomi Indonesia akan sulit tumbuh mencapai target 5% pada periode tersebut, salah satunya karena adanya ketidakpastian dari kebijakan dagang yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Konsensus pasar memperkirakan pertumbuhan ekonomi sekitar 4,94% (yoy) dengan kontraksi 0,9% (qtq) pada kuartal tersebut.
Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi lebih rendah dari perkiraan pasar. Faktor penurunan tersebut disebabkan oleh pelemahan konsumsi masyarakat, yang tercermin dari berkurangnya belanja rumah tangga dan penurunan belanja pemerintah serta investasi. Selain itu, aktivitas manufaktur Indonesia terkontraksi pada bulan April 2025, di mana Purchasing Managers’ Index (PMI) menunjukkan kontraksi untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan terakhir.
Di sektor perhotelan, terjadi penurunan jumlah tenaga kerja karena kebijakan efisiensi yang diterapkan pemerintah. Hotel mulai membatasi penyerapan tenaga kerja, khususnya pada hotel yang mengadakan acara MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions). Hal ini juga merupakan dampak dari situasi ekonomi yang lesu dan penurunan aktifitas perdagangan internasional.
Selain itu, data menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih menabung daripada berbelanja selama bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Meskipun jumlah tabungan meningkat, deposito perorangan justru mengalami penurunan. Di sisi lain, penjualan mobil nasional turut mengalami tekanan, menunjukkan adanya tekanan ekonomi yang signifikan. Pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat dan penjualan mobil turun, mencerminkan situasi ekonomi yang sulit di Indonesia.
BPS juga mencatat deflasi bulanan pada awal tahun 2025, yang terjadi sangat jarang jelang Ramadan. Hal ini dipicu oleh faktor-faktor seperti penurunan konsumsi rumah tangga dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Di samping itu, data penjualan mobil nasional menunjukkan adanya penurunan signifikan, di mana konsumen lebih cenderung untuk menunda pembelian mobil sebagai kebutuhan tersier akibat situasi ekonomi yang tidak stabil.
Dengan kondisi ekonomi yang kian sulit, berbagai sektor di Indonesia terus menghadapi tantangan. Upaya diversifikasi pasar dan kebijakan deregulasi dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah yang dihadapi, namun tetap diperlukan langkah-langkah yang lebih bijak untuk memperbaiki kondisi ekonomi secara menyeluruh.