Di tengah tekanan kebijakan tarif perdagangan baru Amerika Serikat (AS) terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melihat adanya peluang tersembunyi. Meski sektor ekspor-impor Indonesia berpotensi terdampak, arus investasi ke dalam negeri justru diprediksi bisa meningkat. Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono mengakui tensi dagang yang meningkat, terutama antara AS dan China, akan membawa dampak pada ekonomi global, termasuk Indonesia. Meskipun dampaknya belum pasti, Djatmiko menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan simulasi terkait dampak tarif baru Amerika terhadap Indonesia. Negara-negara dengan integrasi ekonomi tinggi dengan AS seperti Kanada, Meksiko, dan Indonesia diperkirakan akan terkena dampak dari kebijakan tarif yang baru.
Djatmiko menyatakan bahwa penerapan tarif baru seperti new baseline tariff sebesar 10% atau skema tarif timbal balik (reciprocal) sebesar 32% akan memberikan tekanan signifikan terhadap perdagangan bilateral Indonesia-AS. Namun, di balik tekanan tersebut, Kemendag melihat ada celah positif. Penerapan tarif baru AS dapat membuka peluang investasi asing langsung masuk ke Indonesia. Meskipun jumlahnya tidak diungkap secara kuantitatif, diprediksi bahwa aliran investasi asing akan meningkat apabila tarif ini diberlakukan. Dengan demikian, meskipun adanya tekanan dari kebijakan tarif baru AS, adanya peluang untuk meningkatkan investasi asing menjadi salah satu hal yang dapat diantisipasi oleh Indonesia.