Ketegangan geopolitik semakin meningkat dengan diumumkannya latihan militer gabungan antara Rusia, China, dan Iran di lepas pantai Iran. Ketiga negara tersebut menggelar latihan militer bersama dalam rangkaian acara bertajuk “Security Belt 2025” di dekat Pelabuhan Chabahar, Iran Tenggara. Kegiatan ini menandai peningkatan kerja sama militer antara ketiga negara yang terlibat. Sebagai bagian dari aliansi strategis, Rusia, China, dan Iran kerap diidentifikasi sebagai “Axis of Evil” yang menentang dominasi Amerika Serikat dan sekutunya, terutama di wilayah Timur Tengah dan Eropa Timur.
Sementara itu, delegasi Ukraina bersiap menggelar pertemuan dengan perwakilan Amerika Serikat di Arab Saudi untuk membahas solusi damai dalam konflik yang terus berlangsung dengan Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan bertemu dengan Putra Mahkota dan Perdana Menteri Arab Saudi, Mohammed bin Salman, untuk membicarakan langkah-langkah lanjutan. Delegasi Ukraina yang turut serta dalam perundingan ini antara lain Kepala Kantor Presiden Ukraina, Andriy Yermak, dan Menteri Luar Negeri dan Pertahanan Ukraina, Andriy Sybiha dan Rustem Umerov.
Sementara itu, dampak dari latihan militer gabungan dan perundingan perdamaian antara Ukraina dan AS bersifat progresif. Kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan tersebut bisa memberikan dampak besar bagi geopolitik dunia. Beberapa pihak khawatir bahwa posisi Ukraina bisa semakin lemah dengan menurunnya dukungan AS, sementara pendekatan lunak AS terhadap Rusia bisa mengarah pada kesepakatan damai yang tidak sepenuhnya menguntungkan bagi Ukraina. Masih belum jelas bagaimana Amerika Serikat akan menyeimbangkan kebijakannya dalam konflik internasional ini.