Arab Saudi, dengan kekayaan dan kekuasaannya yang bergantung pada cadangan minyak bumi, kini menganggap minyak bukan lagi sebagai tantangan utama dalam keamanan energi. Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman menyatakan ini dalam Forum Mineral Masa Depan tahunan di Riyadh. Menurutnya, pertempuran masa depan akan berfokus pada logam tanah jarang yang terkubur di bawah tanah, menjadi primadona yang juga dimiliki oleh Indonesia.
Minyak kini bukan lagi tantangan utama dalam keamanan energi, kata Abdulaziz kepada peserta forum. Negara-negara sekarang bersaing untuk mengamankan rantai pasokan mineral penting yang dibutuhkan untuk berbagai industri. Logam tanah jarang, termasuk litium, kobalt, nikel, dan lainnya, menjadi kunci dalam pembuatan kendaraan listrik, baterai, teknologi energi terbarukan, dan produk konsumen.
China saat ini mengendalikan sekitar 60% produksi mineral dan bahan tanah jarang di dunia, yang membuat banyak negara khawatir akan ketergantungan pada China. Mineral ini kritis untuk teknologi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin, yang menjadi fokus bagi banyak negara dalam transisi energi dari bahan bakar fosil.
Arab Saudi sendiri sedang dalam proses investasi senilai US$100 miliar atau sekitar Rp1.640 triliun untuk menjadi pusat global dalam pertambangan dan ekstraksi mineral. Tujuan dari investasi ini adalah untuk diversifikasi ekonomi Arab Saudi dari ketergantungan pada minyak bumi, sejalan dengan misi Visi 2030. Selain litium, Arab Saudi juga akan fokus pada eksplorasi mineral penting lainnya seperti tembaga, emas, seng, dan nikel.
Di Indonesia sendiri juga terdapat cadangan logam tanah jarang yang signifikan di beberapa daerah, seperti Sumatera Utara, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah. Pemerintah Indonesia juga berencana untuk memanfaatkan sumber daya mineral tersebut untuk mendukung industri dalam negeri dan memperkuat ketahanan ekonomi.
Dengan potensi sumber daya mineral yang besar, Arab Saudi dan Indonesia berusaha untuk memanfaatkan kekayaan alam mereka secara optimal demi mendukung pembangunan industri dan ekonomi di masa depan.