Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo memastikan bahwa Indonesia akan memiliki Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) di tahun 2025. RUPTL ini akan menjadi pedoman kelistrikan selama 10 tahun mendatang atau sampai 2034. Bersama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pihaknya akan melakukan rapat final terkait revisi RUPTL yang sedang dalam proses persetujuan. Rencananya, rapat final akan dilakukan di Januari 2034 untuk memutuskan komitmen PLN dalam membangun EBT mulai tahun 2025.
Dalam RUPTL yang direncanakan, energi baru dan terbarukan (EBT) akan mendominasi sebanyak 71 Giga Watt (GW) dan akan didukung oleh pembangunan jaringan transmisi atau smart grid yang menghubungkan listrik dari Sumatera-Jawa dan Kalimantan-Jawa. Di sisi lain, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, bersama dengan PT PLN (Persero) tengah menggodok revisi RUPTL 2021-2030 dengan target pembangunan 68 GW dalam 10 tahun ke depan, di mana 47 GW berasal dari sumber energi terbarukan.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung juga telah menyampaikan bahwa permintaan listrik di Indonesia diperkirakan akan meningkat dalam 10 tahun ke depan, didorong oleh produktivitas industri, rumah tangga, serta kendaraan listrik. Hal ini mengindikasikan peningkatan permintaan listrik yang akan direspons dengan membangun infrastruktur yang mampu menyediakan kebutuhan listrik secara berkelanjutan. Selain itu, rencana peningkatan kapasitas EBT juga menjadi fokus dalam langkah-langkah pengembangan sektor kelistrikan di Tanah Air.