Pemerintah Indonesia sedang melakukan pemperkuatan terhadap sistem data ekspor impor, yaitu melalui Indonesia National Single Window (INSW). Penguatan ini bertujuan untuk memperluas cakupan pencatatan barang yang diperdagangkan di dunia internasional maupun diproduksi di dalam negeri. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa barang yang akan dimasukkan ke dalam sistem INSW adalah barang dengan dua fungsi, yaitu untuk kebutuhan industri dan senjata pemusnah massal seperti Nuklir. Penguatan INSW ini telah dibahas dengan berbagai Kementerian dan Lembaga dalam rapat koordinasi yang digelar sebelumnya.
Selain untuk memperkuat pengintegrasian data perdagangan untuk senjata pemusnah massal, integrasi data barang komoditas juga dilakukan dengan sistem halal dan badan karantina. Penerapan sistem INSW juga melibatkan integrasi dengan Sistem Informasi Mineral dan Batu Bara antar kementerian/lembaga (Simbara) serta sistem informasi komoditas kelapa sawit. Dengan integrasi seluruh proses bisnis perdagangan ekspor dan impor ke dalam sistem INSW, diharapkan dapat terjadi efisiensi biaya ekonomi di Indonesia, yang pada akhirnya akan menurunkan biaya logistik maupun Incremental Capital Output Ratio (ICOR).
Airlangga berharap bahwa penguatan INSW dan integrasi seluruh proses bisnis perdagangan akan memberikan dampak positif bagi Indonesia, khususnya dalam menekan biaya logistik hingga hanya 8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Penurunan biaya logistik diharapkan juga akan merangsang penurunan angka ICOR di Indonesia. Dengan adanya sistem yang lebih terintegrasi, Indonesia diharapkan dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain di ASEAN dan Afrika dalam mengelola sistem perdagangan yang kompleks namun efektif.