Pemerintah Indonesia berencana untuk terus memperluas jaringan gas bumi agar pemanfaatan gas bumi semakin meluas. Hal ini dinilai akan menguntungkan pemerintahan Prabowo-Gibran karena dapat memangkas impor energi yang selama ini membebani APBN.
Menurut Pakar Kebijakan Energi, Iwa Garniwa, gas bumi merupakan jawaban atas masalah impor migas yang masih terjadi. Indonesia memiliki potensi cadangan energi fosil yang sangat besar, sehingga penggunaannya perlu dioptimalkan.
Selain untuk industri, pengembangan jaringan gas untuk rumah tangga juga penting untuk mengurangi impor LPG yang banyak menghabiskan uang subsidi. Iwa menekankan perlunya pembangunan infrastruktur transmisi gas serta pemanfaatan gas alam untuk gas kota.
Selain itu, konversi penggunaan BBM ke gas juga menjadi langkah penting dalam upaya mengoptimalkan gas bumi untuk transportasi. Hal ini sejalan dengan upaya membangun kemandirian dan ketahanan energi nasional.
Dalam konteks era transisi menuju Net Zero Emission, gas bumi dianggap sebagai solusi terbaik karena Indonesia memiliki sumber daya gas yang melimpah. Upaya pengembangan jaringan gas bumi juga sejalan dengan Visi Emas Indonesia 2045.
Ekonom Achmad Nur Hidayat juga mendukung upaya pemerintah dalam memasyarakatkan gas bumi sebagai solusi pengganti LPG yang masih banyak diimpor. Menurutnya, BUMN dan swasta perlu dioptimalkan untuk memperluas penggunaan gas bumi baik untuk industri maupun rumah tangga.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga menegaskan pentingnya pengembangan jaringan gas bumi untuk masyarakat agar Indonesia tidak terus menerus bergantung pada impor energi. Optimalisasi gas bumi perlu segera diwujudkan sebagai solusi untuk mengurangi impor dan membangun kemandirian energi nasional.
