Izin Ekspor Tembaga Kemungkinan Akan Diperpanjang hingga Awal 2025, Menurut Rosan

by -83 Views
Izin Ekspor Tembaga Kemungkinan Akan Diperpanjang hingga Awal 2025, Menurut Rosan

Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan P. Roeslani angkat bicara mengenai isu perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga, terutama untuk PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara, setelah masa berlaku izin ekspor berakhir pada 31 Desember 2024 mendatang.

Rosan mengungkapkan bahwa kemungkinan ada diskusi mengenai perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga tersebut. Namun, dia masih enggan untuk memberikan detail lebih lanjut.

“Possibly ada diskusi mengenai perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga, mungkin saya belum bisa bicara lebih banyak,” jelasnya saat ditemui usai Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Selasa (15/10/2024).

Rosan menyatakan perlunya pembicaraan lebih lanjut antara pihaknya dengan pemangku kepentingan lain terkait perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga tersebut. Dia menegaskan bahwa hal tersebut harus sesuai dengan aturan yang berlaku saat ini.

“Possibly kita perlu berbicara juga, dengan beberapa pemangku kepentingan lain untuk memastikan bahwa semuanya berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang ada,” tambahnya.

Di kesempatan lain, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sempat menyebut kemungkinan perpanjangan ekspor konsentrat tembaga, terutama untuk PTFI dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara.

Bahlil mengatakan bahwa jika smelter atau fasilitas pemurnian dan pemrosesan tembaga milik kedua perusahaan tersebut belum beroperasi secara maksimal setelah 31 Desember 2024, maka dibutuhkan waktu paling lama hingga 2 bulan.

Dia menegaskan bahwa perpanjangan izin ekspor khusus untuk kedua perusahaan tersebut karena perusahaan sudah membangun smelter tembaga untuk program hilirisasi dalam negeri.

Bahlil menyatakan bahwa jika smelter tersebut dipaksa harus beroperasi penuh pada Desember 2024 mendatang, maka itu berpotensi menimbulkan risiko.

“Memiliki smelter itu, baru saja dioperasikan, maka pabrik tidak bisa berjalan pada kapasitas maksimum. Dan jika dalam 2-3 bulan ke depan, pabrik belum mencapai kapasitas penuh, hal tersebut tidak akan efisien. Namun, ekspor belum sampai ke tujuan, sedang kami masih menghitung,” katanya.