Rektor IPB, Prof. Dr. Arif Satria, menyatakan bahwa Indonesia bisa mengikuti kesuksesan Brasil dalam pengembangan bahan bakar ramah lingkungan berupa bioetanol sebagai pengganti bensin. Bioetanol dapat dihasilkan dari berbagai bahan baku seperti molase tebu dan singkong.
Menurut Arif, Brasil adalah contoh negara yang sukses dalam pengembangan etanol dan Indonesia perlu fokus pada Estate Management untuk industri perkebunan, sebagaimana contoh kesuksesan yang diberikan oleh Malaysia dalam industri sawit.
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan 700 ribu hektar lahan untuk budidaya tebu hingga 2028 untuk mencapai swasembada gula dan pengembangan industri bioetanol di dalam negeri. Proses tersebut tidak mudah karena memerlukan tahapan yang panjang mulai dari persiapan benih hingga pembangunan pabrik gula.
Saat ini, Indonesia belum menerapkan pencampuran bioetanol secara nasional, namun PT Pertamina telah mencampurkan bioetanol 5% dalam bensin Pertamax Green 95 di beberapa daerah. Direktur Utama Pertamina Patra Niaga menyebut bahwa penjualan bensin hijau tersebut diperkirakan akan meningkat pada tahun 2024.
Pemerintah sedang mendiskusikan rencana untuk menerapkan kewajiban mandatori bioetanol secara nasional, namun masih dalam tahap diskusi. Hanya dua dari 13 industri bioetanol yang memenuhi kriteria untuk dijadikan bahan bakar, yang menunjukkan perlunya percepatan dalam pengembangan industri bioetanol di Indonesia.