Australia dan Filipina akan melakukan aktivitas maritim bersama dengan Jepang, Selandia Baru, dan Amerika Serikat di zona ekonomi eksklusif Manila di Laut China Selatan. Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap klaim teritorial China di wilayah tersebut.
Program yang disebut Aktivitas Kerja Sama Maritim ini merupakan bentuk komitmen untuk memperkuat kerja sama regional dan internasional dalam mendukung perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik. Kapal Angkatan Laut HMAS Sydney dan pesawat patroli maritim Angkatan Udara Kerajaan Australia P-8A Poseidon akan beroperasi dengan negara-negara mitra untuk meningkatkan kerja sama dan interoperabilitas.
Latihan bersama ini dilakukan sebagai respons terhadap perselisihan udara dan laut antara Filipina dan China, terutama di wilayah Dangkalan Scarborough. China memiliki sejumlah klaim yang tumpang tindih dengan wilayah kedaulatan Filipina di LCS.
Pada pekan lalu, kapal angkatan laut dari Selandia Baru dan Australia berlayar melalui Selat Taiwan, bagian dari LCS, sebagai bentuk komitmen terhadap kawasan Indo-Pasifik yang terbuka, stabil, dan makmur. China, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, mengatakan bahwa hanya mereka yang berwenang di selat tersebut, sementara AS dan Taiwan menyebut selat tersebut sebagai jalur air internasional.
Australia telah mendorong China untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di LCS dan Selat Taiwan. China mengklaim sekitar 90% dari LCS dengan ‘sembilan garis putus-putus’, yang juga tumpang tindih dengan klaim teritorial negara-negara seperti Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Lautan ini diyakini kaya akan sumber daya alam, terutama migas dan ikan.