Makin Banyak Pria Memilih untuk Menganggur, Ada Apa Sebenarnya?

by -143 Views
Makin Banyak Pria Memilih untuk Menganggur, Ada Apa Sebenarnya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Angka pengangguran di kalangan pria usia produktif di Amerika Serikat (AS) semakin meningkat. Bahkan, banyak dari mereka yang semakin enggan mencari pekerjaan.

Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, tingkat pengangguran untuk pria usia produktif mencapai 3,4% pada bulan Agustus 2024. Pria usia produktif dalam kategori ini adalah yang berusia 25-54 tahun.

Diketahui bahwa rentang usia produktif ini meliputi Generasi Z yang terdiri dari individu yang lahir antara tahun 1997-2012 dengan usia 12-27 tahun, Generasi Milenial yang lahir antara tahun 1981-1996 dan saat ini berusia 28-43 tahun, serta Generasi X yang lahir antara tahun 1965-1980 dengan usia 43-59 tahun.

Menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, saat ini sekitar 10,5% pria usia produktif tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan. Jumlah tersebut setara dengan 6,8 juta orang. Angka tersebut naik secara signifikan dari data tahun 1954 yang hanya sebesar 2,5%.

Nickolas Eberstadt, seorang pengamat ekonomi politik dari American Enterprise Institute, mengatakan bahwa turunnya tingkat partisipasi angkatan kerja usia produktif di AS dapat mengancam perekonomian negara.

Penyebab utama dari peningkatan jumlah pria yang sekarang terpental dari angkatan kerja di Amerika Serikat adalah karena semakin banyak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Hal ini memiliki dampak besar pada kemampuan mereka untuk masuk dan bertahan di pasar tenaga kerja.

Data dari Pew Research Center juga menunjukkan bahwa dalam satu dekade terakhir, jumlah pria muda yang mendaftar ke perguruan tinggi semakin sedikit, yang berkorelasi dengan meningkatnya jumlah pria yang tidak memiliki pendidikan perguruan tinggi dan terdepak dari pasar tenaga kerja.

Carol Graham, seorang peneliti senior studi ekonomi di Brookings Institution, menyatakan bahwa banyak perusahaan manufaktur dan tempat kerja yang sebelumnya produktif kini menjadi sepi karena adanya pertumbuhan teknologi dan persaingan dengan Tiongkok.

(hsy/hsy)