Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan perkembangan terbaru mengenai rencana kerja sama ekspor listrik ‘bersih’ dari Indonesia ke Singapura.
Kerja sama tersebut telah disepakati sejak Maret 2023 antara Indonesia dan Singapura, dengan total ekspor listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 4 Giga Watt (GW), namun Indonesia hanya diberikan kuota untuk mengekspor 2 GW hingga tahun 2035.
“Mereka (Singapura) meminta 4 GW hingga 2035. Indonesia diberi 2 GW, setengah dari totalnya. Ini setara dengan sekitar 11 GW peak jika diubah ke panel surya,” jelas Rachmat kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa.
Selain itu, proyek tersebut juga mencakup proyek baterai hingga 21 GW hour.
Indonesia, sebagai negara dengan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang besar, dianggap cocok oleh Singapura untuk melakukan ekspor listrik karena Singapura memiliki keterbatasan sumber energi.
Proyek ini memiliki nilai investasi hingga US$ 50 miliar atau sekitar Rp 812 triliun. Ada 5 perusahaan yang terlibat dalam kesepakatan tersebut untuk mengekspor 2 GW listrik dari Indonesia.
Meskipun ada kerja sama bilateral tersebut, Indonesia tetap akan fokus mengembangkan industri EBT dalam negeri dengan membangun rantai pasok yang dapat mendorong industri lainnya.
“Tujuan ekspor listrik ini adalah untuk mendorong industri EBT di Indonesia. Salah satunya dengan mendorong produksi panel surya dan baterai energy storage di dalam negeri. Ini akan mendorong pertumbuhan industri lainnya,” papar Rachmat.