Jakarta, CNBC Indonesia – Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih terus berlanjut. Belakangan nilai tukar rupiah mencapai di atas Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Lantas bagaimana dengan harga komoditas impor seperti kedelai yang mayoritas masih diimpor?
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifudin menyebut, pelemahan rupiah tidak berdampak signifikan terhadap harga kedelai di dalam negeri, meski komoditas tersebut didatangkan melalui importasi.
Sebab, katanya, berdasarkan Chicago Board of Trade (CBOT) sekarang ini harga kedelai dunia sedang turun sejalan dengan pasokannya yang melimpah. Adapun melimpahnya ketersediaan kedelai dunia, menurut Aip, berkat teknologi canggih yang dimiliki oleh negara-negara produsen kedelai, seperti Amerika Serikat (AS), Brasil, sampai Argentina.
“Jadi memang produksi kedelai dunia saat ini meningkat, karena teknologinya di Brasil, AS, Argentina itu semakin canggih. Padahal China ini sejak 2 tahunan telah mengimpor hampir 100 juta ton per tahun. Tapi karena produksi Brasil itu yang asalnya dari 70 jutaan ton per tahun, menjadi 130-140 juta ton, karena efisien dan produktivitasnya lebih bagus, sehingga pasokan kedelai untuk dunia itu tetap mencukupi,” ungkap Aip kepada CNBC Indonesia, Senin (28/4/2024).
Sementara kebutuhan kedelai di Indonesia, lanjut Aip, setiap tahunnya adalah sekitar 3 juta ton. Aip mengatakan, karena harga kedelai dunia yang saat ini rendah, sehingga ketika dievaluasi dalam rupiah dengan kurs yang ada saat ini, harga tersebut masih dalam batas wajar atau normal.
“Jadi walaupun dolar naik, tapi harga di sana murah, kalau dirupiahkan masih rendah. Harganya di sana kira-kira US$1,2 per bushel, atau hanya sekitar US$450-460 per metrik ton. Kalau itu berarti sekitar Rp8.000 per kg,” terangnya.
“Makanya harga kedelai di sini menjadi kira-kira Rp10.000-Rp11.000 per kg, itu untuk importir nyaman-nyaman saja. Masih dalam batas normal,” sambungnya.
Aip menegaskan bahwa belum ada dampak signifikan dari kenaikan dolar terhadap harga kedelai. “Karena produksi meningkat, permintaan itu peningkatannya itu tidak seberapa, jadi lebih banyak produksi, akhirnya harga kedelai stabil. Sehingga harga di sini tetap stabil, di Indonesia,” ucapnya.
Artikel Selanjutnya
RI Bersiap Dilanda ‘Kiamat’ Tahu-Tempe, Tanda-Tandanya Ini
(wur)
