Jakarta, CNBC Indonesia – Keruntuhan jembatan Francis Scott Key di Baltimore, Amerika Serikat (AS) pada Selasa lalu, dianggap akan menciptakan gelombang kejut di seluruh perekonomian AS bahkan secara global. Hal ini disebabkan gangguan rute pengiriman utama untuk barang tertentu dalam waktu dekat.
“Ini bukanlah bencana di Baltimore, bukan bencana di Maryland. Ini juga merupakan bencana ekonomi nasional,” kata Gubernur Maryland Wes Moore pada hari Minggu di acara State of the Union CNN, seperti dilansir CNBC International pada Senin (1/4/2024).
“Impaknya akan dirasakan oleh petani di Kentucky, dealer mobil di Ohio, dan pemilik restoran di Tennessee,” tegasnya.
Pernyataan ini juga didukung oleh pejabat AS lainnya, Menteri Transportasi Pete Buttigieg.
“Hal ini penting tidak hanya bagi masyarakat dan pekerja di Baltimore, tapi juga bagi rantai pasokan nasional kita untuk memulihkan dan menjalankan pelabuhan tersebut secepat mungkin,” ujar Buttigieg dalam acara Face the Nation di CBS yang dikutip oleh media yang sama.
Jembatan tersebut runtuh setelah ditabrak oleh sebuah kapal kargo raksasa. Dua pekerja konstruksi tewas, sementara empat orang lainnya masih hilang dan diduga telah meninggal.
Area tempat jembatan ini terhubung dengan Pelabuhan Baltimore, yang merupakan pelabuhan tersibuk dan paling aktif di AS. Data dari negara bagian menunjukkan bahwa Pelabuhan Baltimore sangat penting, dengan angka dari tahun 2023 menunjukkan bahwa area tersebut memproses rekor 1,1 juta kontainer kargo.
Selain itu, pelabuhan ini juga menangani hampir 850.000 pengiriman mobil dan truk ringan pada tahun 2023, jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelabuhan lainnya selama 13 tahun berturut-turut.
Beberapa kapal kargo telah dialihkan karena penutupan jembatan ini, dan diperkirakan perbaikannya akan memakan waktu hingga enam bulan.
“Pelabuhan ini menjadi pelabuhan tersibuk kesembilan di AS berdasarkan volume perdagangan AS,” kata Ryan Petersen, CEO perusahaan logistik rantai pasokan Flexport.
“Pelabuhan ini adalah pelabuhan nomor satu untuk mobil dan peralatan pertanian. Jadi ini penting bagi masyarakat di pedesaan North Carolina, Kansas, dan Iowa. Ini juga penting bagi perekonomian global,” ujar Wali Kota Baltimore Brandon Scott.
Pemerintah AS telah memberikan pinjaman berbunga rendah dan jangka panjang hingga US$2 juta (sekitar Rp 31,7 miliar) untuk usaha kecil di wilayah Atlantik Tengah yang terdampak runtuhnya jembatan ini. Selain itu, dana awal sebesar US$60 juta telah diberikan kepada Maryland untuk membersihkan reruntuhan akibat kejadian ini.
Dilaporkan bahwa pemerintah federal Presiden Joe Biden juga akan menanggung 90% biaya untuk membangun kembali jembatan ini, sementara beberapa senator di parlemen AS berencana mengusulkan undang-undang pendanaan untuk menanggung 10% sisanya.
Selain itu, terdapat laporan mengenai gangguan logistik yang semakin parah di AS. Perusahaan kapal kontainer terbesar dunia, MSC, telah memutus kontrak pengiriman ke beberapa klien setelah kargo mereka terkirim ke pelabuhan alternatif.
Pengirim akan bertanggung jawab untuk memindahkan barang tersebut ke tujuan akhir, yang berpotensi menimbulkan biaya keterlambatan yang harus mereka tanggung.
Dengan penutupan Pelabuhan Baltimore tanpa batas waktu, keputusan ini menempatkan tanggung jawab pengambilan kargo di pelabuhan yang dialihkan dan pengangkutan ke tujuan akhir pada pihak pengirim.
Beberapa perusahaan logistik lain seperti CMA CGM, COSCO, dan Evergreen juga telah mengumumkan “force majeure”, yang menghakimi mereka untuk melepaskan kewajiban kontrak saat terjadi peristiwa di luar kendali mereka.
MSC telah mengirimkan daftar 23 kapal yang tiba di pelabuhan yang dialihkan antara 28 Maret dan 29 April. Delapan kapal dialihkan ke pelabuhan yang tidak diketahui, sementara 11 kapal menuju ke Port of New.
Seluruh kejadian ini telah menciptakan gangguan yang signifikan dalam rantai pasokan global.