AS Mencatat 27.900 Korban Tewas, Israel Diberi Peringatan

by -114 Views

Tegangan perang di Gaza, Palestina semakin meningkat. Terlihat dari korban tewas akibat perang yang terus bertambah.

Kementerian Kesehatan Palestina mengungkapkan bahwa korban tewas akibat perang mencapai 27.947 orang. Selain itu, kelompok militer Amerika Serikat (AS) juga telah mengkonfirmasi serangan terhadap sistem rudal Houthi di Yaman.

Joe Biden menyerang Israel dan menyebut tindakan Negeri Zionis berlebihan. Ini usai serangan udara di Kota Rafah, di ujung selatan Gaza.

Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber, Jumat (9/2/2024):

Korban Tewas 27.900
Melansir AFP, Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengatakan setidaknya 27.947 orang telah tewas selama perang antara militan Palestina dan Israel. Jumlah korban terbaru ini mencakup 107 orang tewas dalam 24 jam terakhir sementara total 67.459 orang terluka di Gaza sejak perang meletus pada 7 Oktober.

AS Kembali Serang Yaman
Militer AS mengonfirmasi telah melakukan beberapa serangan terhadap sistem rudal Houthi di Yaman. Ini ketika milisi itu bersiap melancarkan serangan yang mengancam Angkatan Laut dan kapal dagang AS di Laut Merah.

“Pasukan Komando Pusat AS melakukan tujuh serangan pertahanan diri terhadap empat drone Houthi dan tujuh rudal jelajah anti-kapal bergerak, yang siap diluncurkan terhadap kapal-kapal di Laut Merah,” kata CENTCOM di pernyataan yang diposting di X, mengutip AFP.

AS Warning Israel soal Bencana
AS memperingatkan Israel berisiko mengalami ‘bencana’ jika mengirimkan pasukan ke kota Rafah di ujung selatan Gaza. Itu merupakan tempat lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi.

Peringatan itu muncul setelah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan ia telah memerintahkan pasukannya untuk “bersiap beroperasi” di Rafah. Kota itu menjadi kota besar terakhir di Jalur Gaza yang belum dimasuki pasukan darat Israel.

Sebelumnya, angkatan bersenjata Israel meningkatkan serangan udaranya pada ke Rafah pada Kamis lalu. Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa serangan militer ke Rafah bisa menjadi mimpi buruk kemanusiaan.

“Akan secara eksponensial meningkatkan apa yang sudah menjadi mimpi buruk kemanusiaan,” kata Antonio mengutip AFP.

Keuntungan Raksasa Pelayaran Maersk Merosot
Saham Maersk merosot pada Kamis lalu, menunjukkan prospek pendapatan tahun 2024 yang tidak pasti. Hal ini terkait dengan kelebihan pasokan kapal kontainer dan serangan pemberontak Yaman di Laut Merah.

Perkiraan suram ini terjadi setelah pendapatan perusahaan pada tahun 2023 terpukul oleh kelebihan kapasitas di sektor pelayaran. Ini menyebabkan penurunan tarif angkutan.

Grup ini melaporkan penurunan laba bersih lebih dari tujuh kali lipat tahun lalu menjadi $3,8 miliar, dibandingkan dengan $29,2 miliar pada tahun 2022. Pendapatannya turun menjadi $51 miliar dari $81,5 miliar pada tahun sebelumnya.

Harga saham Maersk ditutup melemah hampir 15% di bursa saham Kopenhagen pada hari Kamis. Perusahaan juga dirugikan oleh pengumuman penundaan rencana pembelian kembali sahamnya.

Perlu diketahui, tarif pengangkutan melonjak pada tahun 2022. Ini karena kekurangan kapasitas di tengah tingginya permintaan setelah berakhirnya pembatasan pandemi Covid.

“Permintaan yang tinggi akhirnya mulai menjadi normal seiring dengan berkurangnya kemacetan dan penurunan permintaan konsumen yang menyebabkan kelebihan persediaan,” kata Maersk dalam laporan pendapatannya.

Jerman Kirim Kapal Perang
Situasi Timur Tengah semakin memanas. Jerman dilaporkan mengirimkan kapal perang di wilayah tersebut.

Dikutip dari AFP, kapal fregat angkatan laut Jerman telah berlayar ke Laut Merah sejak Kamis. Kapal tersebut akan beroperasi melindungi kapal-kapal komersial dari serangan Houthi di Yaman.

“Pengerahan tersebut menandai keterlibatan paling serius unit angkatan laut Jerman dalam beberapa dekade,” kata kepala angkatan laut Jan Christian Kaack kepada wartawan di Berlin.

“Fregat Hesse berangkat dari pelabuhan Wilhelmshaven di Jerman utara dengan awak sekitar 240 orang,” tambahnya.

Ia mengatakan kapal itu akan mampu merespons potensi serangan termasuk dari rudal, drone, dan “kamikaze” yang dikendalikan dari jarak jauh. Namun misi fregat tersebut masih perlu dikonfirmasi oleh parlemen Jerman dan Uni Eropa (UE).

Keputusan ini sendiri diumumkan sebelum pertemuan para menteri luar negeri UE pada 19 Februari. Namun UE saat ini memang sedang mempertimbangkan misi angkatan laut untuk meningkatkan keamanan kapal dagang di Laut Merah.

Milisi Houthi sendiri telah melancarkan sejumlah serangkaian serangan terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah sejak November. Mereka mengatakan hal tersebut sebagai protes atas serangan Israel ke wilayah Gaza, Palestina.

Laut Merah biasanya membawa sekitar 12% perdagangan maritim global. Kawasan ini merupakan jalur perdagangan tersingkat dari Asia ke Eropa dan sebaliknya dengan melewati Terusan Suez di Mesir.

Sementara itu, pasukan AS dan Inggris dalam beberapa pekan terakhir telah melancarkan serangan gabungan yang bertujuan mengurangi kemampuan kelompok Houthi untuk menargetkan kapal-kapal yang transit di rute itu. Namun Houthi berjanji akan terus melanjutkan serangan mereka.

Menurut platform PortWatch Dana Moneter Internasional, total volume transit melalui Terusan Suez turun 37% tahun ini. Hal tersebutcmerujuk data tanggal 16 Januari dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.