Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengungkapkan bahwa Bulog memiliki tugas untuk menjaga stabilitas dari dua sisi, yaitu sebagai produsen agar harga petani terjaga dengan baik dan sebagai penyedia untuk konsumen karena terkait dengan inflasi.
“Kita tahu pada tahun 2023, peran beras dalam inflasi pangan mencapai 53%, tinggi sekali. Jika harga beras stabil, Insya Allah makanan yang mudah terpengaruh harga juga akan stabil karena berimplikasi pada inflasi nasional,” ujar Bayu dalam Squawk Box CNBC Indonesia, Senin (5/2/2024).
“Dalam 2-3 tahun terakhir, harga beras di tingkat petani aman terjaga dan cukup tinggi, bahkan awal tahun ini harga gabahnya sangat menarik, sekitar Rp 7-8 ribu per kg. Namun, hal ini membawa tantangan di sisi konsumen.”
Stabilitas harga konsumen memiliki dua mekanisme, yaitu intervensi pemerintah langsung dan stabilitas melalui langkah komersial atau bisnis.
“Contoh, ‘Bagaimana pasta gigi bisa stabil dalam jangka panjang dan berlaku di seluruh Indonesia?’. Di semua kota, harga pasta gigi sama, atau banyak produk yang jika masuk ke ritel modern relatif stabil dimanapun, ini yang jadi cita-cita pemerintah. Dari sisi komersial harus bisa menjaga stabilitas,” kata Bayu.
Intervensi sudah dilakukan melalui bantuan pangan atau Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP), yang merupakan semacam operasi pasar yang sudah dilakukan dan perlu terus dilakukan. Namun, yang perlu dikembangkan adalah stabilitas melalui mekanisme komersial, hal ini menjadi dasar Bulog masuk ke ritel.
“Stabilitas komersial belum maksimal, namun kita ingin berusaha lebih bermakna lagi dengan share lebih besar. Intervensi pemerintah ibarat pemadam kebakaran dengan memantau sisi komersialnya,” ujar Bayu.