Mengapa Isu Migas Dapat Menciptakan Kontroversi dengan Tidak Disentuh oleh Gibran, Cak Imin & Mahfud?

by -116 Views

Debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang berlangsung pada Minggu (21/1/2024) malam berjalan cukup panas. Isu pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa menjadi topik dalam debat kedua Cawapres kemarin. Namun menariknya, industri hulu minyak dan gas bumi (migas) yang masuk dalam isu energi tidak disinggung sama sekali dalam debat kali ini. Padahal, sektor migas mempunyai peran yang tak kalah penting dalam menjaga ketahanan energi nasional.

Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai, tak mengherankan apabila isu hulu migas tidak disinggung sama sekali dalam debat. Terlebih, lanjutnya, isu utama terkait sektor energi yang fundamental dan menjadi kunci pada berjalannya transisi energi, pembangunan berkelanjutan ataupun ekonomi hijau saja tidak disinggung sama sekali.

“Misal tidak optimalnya subsidi energi. Yang muncul justru sekedar istilah-istilah yang seolah terkait energi hijau yang terkesan seperti baru ditemukan sebagai sebuah hasil belajar atau persiapan. Sebatas untuk kepentingan debat saja,” kata Pri Agung kepada CNBC Indonesia, Senin (22/1/2024).

Pri menilai wajar saja apabila ketiga pasangan calon wakil presiden (Paslon) tidak membahas terlalu teknis berkaitan dengan isu-isu di sektor energi. Apalagi sektor migas bukan bidang dari ketiga paslon tersebut. Kendati demikian, ketika pemerintahan terbentuk, semestinya dari mereka akan melibatkan para ahli di bidangnya. Oleh sebab itu, ia memandang debat cawapres kali ini justru terlihat tidak berbobot dan sedikit memaksakan.

“Mengangkat beberapa hal dengan istilah-istilah tertentu yang sebenarnya bisa disampaikan juga dengan bahasa lain yang esensinya bisa lebih dipahami kita semua, tidak hanya oleh paslon, yang kalau hal itu dilakukan maka di dalam forum debat pun akan bisa direspons dengan lebih baik dan bisa memunculkan substansi,” kata dia. “Poin saya, isu energi yang fundamental tetapi juga populis secara politik saja substansinya tidak termunculkan dengan baik di dalam debat kok, apalagi isu energi yang tidak populis dan teknis (hulu migas salah satunya di sini),” tambahnya.

Terpisah, Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menilai, saking banyaknya tema yang dianggap menarik dan populis, membuat isu hulu migas menjadi terlewat. Meski begitu, menurut Mulyanto dibahas atau tidaknya dalam debat cawapres ini, tidak akan menghapus fakta bahwa isu hulu migas tetap penting bagi perekonomian nasional.

“Hari ini kita masih defisit dari sisi neraca perdagangan migas dan nilai defisit ini terus merangkak naik. Nilai ekspor untuk minyak mentah dan olahan masih tinggi, sementara lifting migas terus merosot baik dari sisi target maupun realisasi kinerjanya yang tidak mencapai seratus persen,” kata Mulyanto.

Oleh sebab itu, Mulyanto berpendapat seharusnya ada kebijakan dan inisiatif strategis untuk mengatasi persoalan ini. Terutama di tengah kondisi lingkungan strategis yang berubah, termasuk upaya pemerintah menuju target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060.