Bisnis Baru di Indonesia yang Besar Ini Mampu Memberikan Sumbangan Triliunan Dolar!

by -99 Views

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah tengah membidik peluang bisnis baru berupa penyimpanan karbon (carbon capture storage/CCS) di Indonesia. Hal tersebut menyusul adanya potensi penyimpanan karbon milik RI hingga 400 gigaton CO2.

“Saya kira mungkin beberapa triliun US dolar dan kita terbesar mungkin di dunia sehingga 10-20 tahun ke depan itu adalah project yang sangat besar, dan ini harus anak-anak muda yang mengerjakannya tidak bisa generasi saya,” kata Luhut dalam Program Kerja Kemenko Marves Tahun 2023 beserta Capaian dan Hasil Evaluasinya, Jumat (22/12/2023).

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Jodi Mahardi menilai dengan proyek penyimpanan karbon yang cukup besar tersebut, Indonesia mempunyai potensi untuk membangun industri hijau melalui teknologi. Terlebih potensi penyimpanan karbon milik Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 400 gigaton.

“Di Indonesia sendiri puncak perkiraan emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 di 1,5 juta co2e. Kalau kita hitung dari itu rentang waktu dengan emisi CO2 domestik itu puncaknya bisa berada di kisaran 322 sampai 482 per tahun,” katanya.

Menurut Jodi pihaknya bersama dengan Kementerian terkait telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan mengenai proyek CCS. Misalnya seperti Peraturan Menteri ESDM tahun 2023 tentang penyelenggaraan CCS di industri hulu migas.

“Indonesia juga punya standar nasional yang mengatur penyimpan CO2. Saat ini kita juga sedang finalisasi, permen 22/2023 khususnya untuk mengatur CCS lintas negara,” katanya.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah fokus menggenjot pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau CCS. Pasalnya, teknologi CCS dapat menjadi arah pengembangan bisnis di masa depan.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan dalam merespon tuntutan global, Indonesia perlu memanfaatkan sumber daya alam yang ada guna mengurangi emisi karbon. Apalagi RI mempunyai potensi tempat penyimpanan karbon pada reservoir lapangan migas hingga mencapai 400 giga ton co2.

“Untuk mendorong kita punya industri nanti, ini bisa digunakan untuk carbon hub kita bisa melakukan perdagangan. Eh lu mau simpan bayar. Contohnya Jepang Korea punya program untuk menyimpan 100 juta ton co2 tiap tahun,” katanya dalam acara peluncuran buku Arcandra Tahar Public Interest in Energy Sector, Rabu malam (5/7/2023).

Adapun dari tempat penyimpanan karbon sebesar 400 giga ton co2 tersebut, Indonesia paling tidak hanya memanfaatkannya sebesar 25% hingga tahun 2060. “Ini yang sedang kita develop kalau kita bisa laksanakan dengan bijak kita bisa membalik ancaman jadi kesempatan,” ujarnya.