Amerika Serikat dan Inggris mendukung Israel meski dunia mengecam aksi militernya di Gaza, Palestina, yang menewaskan ribuan warga sipil. AS menggunakan vetonya untuk menolak usulan gencatan senjata di Gaza di forum Dewan Keamanan PBB, sementara London memutuskan untuk abstain.
Tindakan ini menuai kecaman dan penolakan dari pihak internasional, seperti China dan Rusia, yang mengecam “hukuman mati” yang dijatuhkan Washington terhadap warga Palestina di masa depan.
Menurut paparan akademisi dari Koc University, Tarik Cyril Amar, AS merasa bangga karena menjadi kekuatan yang menjatuhkan Jerman, negara pelaku Holocaust, dan oleh sebab itu memandang membela Israel sebagai kebanggan. Selain itu, Israel juga berfungsi sebagai penegak hukum dan pos terdepan hegemoni AS di Timur Tengah.
Di sisi lain, Inggris melibatkan diri dalam pendirian negara Israel melalui para kelompok Zionisme dan mendukung proyek penjajahan Zionis dengan melakukan serangkaian langkah nyata, hingga membuka jalan bagi pengusiran massal warga Palestina.
Inggris juga memanfaatkan Israel untuk melakukan pekerjaan intelijen dan menegaskan bahwa “kelangsungan hidup Israel sebagai negara terpisah adalah aspek mendasar dari kebijakan Inggris di Timur Tengah”. Meskipun begitu, Inggris juga ingin membina hubungan yang kuat dengan negara-negara Arab.
Dalam hal ini, AS dan Inggris telah memperkuat komitmennya untuk mendukung Israel sebagai bentuk penghormatan atas sejarah dan kebijakan luar negeri mereka, meski tindakan ini menuai kecaman dan penolakan dari pihak internasional.
