Putin Mengeluarkan Perintah Terbaru yang Bisa Menjadi Senjata di Tangan Pemerintah

by -111 Views

Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menandatangani perintah untuk menambah jumlah prajuritnya sebanyak hampir 170.000 tentara. Hal ini bisa menjadi senjata makan tuan.

Menurut dokumen yang diterbitkan oleh situs web Kremlin, kuota personel militer Angkatan Bersenjata Federasi Rusia kini ditetapkan sebesar 1.320.000 tentara, meningkat dari jumlah sebelumnya yang ditetapkan sebesar 1.150.628 personel.

Kementerian Pertahanan Rusia (MoD) menyatakan bahwa peningkatan tersebut merupakan respons terhadap “meningkatnya ancaman terhadap negara kita terkait dengan operasi militer khusus dan perluasan NATO yang sedang berlangsung.” Pasukan Putin juga menderita kerugian besar dalam beberapa minggu terakhir saat perang di Ukraina memasuki bulan ke-22.

“Peningkatan jumlah personel militer Angkatan Bersenjata Federasi Rusia dilaksanakan secara bertahap dengan warga negara yang menyatakan keinginan untuk melakukan dinas militer berdasarkan kontrak,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.

Langkah terbaru Putin ini bisa menjadi pertaruhan politik lain bagi pemimpin Kremlin tersebut, yang akan menghadapi pemilu ulang pada Maret mendatang.

Para pejabat Moskow mengatakan bahwa Putin diperkirakan tidak akan memiliki pesaing yang serius dalam pemilu tersebut, namun dengan makin tidak populernya perang di Ukraina di kalangan warga Rusia, dukungan Putin yang terus menerus terhadap serangan tersebut mungkin menjadi hambatan bagi kampanyenya untuk terpilih kembali.

Mark Katz, seorang profesor di Sekolah Kebijakan dan Pemerintahan Schar Universitas George Mason, menyatakan bahwa tidak semua hasil jajak pendapat menunjukkan kabar buruk bagi Putin, termasuk sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Carnegie Endowment for International Peace yang menemukan bahwa 75% warga Rusia “umumnya mendukung tindakan angkatan bersenjata Rusia”.

“Situs investigasi, Important Stories, melaporkan awal bulan ini bahwa Kementerian Pertahanan Rusia mulai menargetkan populasi ‘rentan’ untuk berperang melawan Ukraina, termasuk ‘migran, orang bangkrut, debitur, pengangguran’,” demikian dilansir dari detik.com.