Apakah Perjanjian Militer Antara Korea Utara dan Korea Selatan ‘Rungkad’ Akan Menyebabkan Pecahnya Perang Baru?

by -218 Views

Korea Utara (Korut) mengatakan pihaknya akan mengerahkan angkatan bersenjata yang lebih kuat di perbatasannya dengan Korea Selatan (Korsel). Pernyataan ini dikeluarkan Korut sehari setelah Korsel menangguhkan sebagian dari perjanjian militer tahun 2018 antara kedua negara sebagai protes atas peluncuran satelit mata-mata oleh Pyongyang. Kementerian Pertahanan Korut mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita KCNA bahwa pihaknya akan memulihkan semua tindakan militer yang telah dihentikan berdasarkan perjanjian yang dirancang untuk mengurangi ketegangan di sepanjang perbatasan dengan Korsel.

“Mulai sekarang, tentara kami tidak akan pernah terikat oleh Perjanjian Militer Utara-Selatan 19 September,” kata pernyataan itu pada Kamis (23/11/2023), seperti dikutip Reuters. “Kami akan menarik langkah-langkah militer yang diambil untuk mencegah ketegangan dan konflik militer di semua bidang termasuk darat, laut dan udara, dan mengerahkan angkatan bersenjata yang lebih kuat dan perangkat keras militer tipe baru di wilayah sepanjang Garis Demarkasi Militer.”

Peluncuran satelit pada Selasa adalah upaya ketiga Korut tahun ini, setelah dua kegagalan dan tindak lanjut dari perjalanan langka pemimpin Korut Kim Jong Un ke Rusia, di mana Presiden Vladimir Putin berjanji membantu Pyongyang membangun satelit. Para pejabat Korsel mengatakan peluncuran terbaru kemungkinan besar melibatkan bantuan teknis Rusia di bawah kemitraan yang berkembang dimana Pyongyang memasok jutaan peluru artileri ke Rusia.

Rusia dan Korut menolak kesepakatan senjata namun menjanjikan kerja sama yang lebih mendalam, termasuk dalam bidang satelit. Korsel pada Rabu menangguhkan sebagian dari perjanjian antar-Korea sebagai tanggapan atas peluncuran Pyongyang dan mengatakan akan segera meningkatkan pengawasan di sepanjang perbatasan dengan Korut yang dijaga ketat. Korut menuduh Korsel membatalkan perjanjian tersebut, yang dikenal sebagai Perjanjian Militer Komprehensif (CMA), dan mengatakan Seoul akan “bertanggung jawab sepenuhnya jika terjadi bentrokan yang tidak dapat diperbaiki lagi” antara kedua Korea.