Tetangga Negara Memberikan Tanda-tanda Penurunan Ekonomi RI

by -99 Views

Tetangga RI memberikan sinyal pelemahan ekonomi di Thailand. Perekonomian Thailand tumbuh pada laju paling lambat dalam hampir satu tahun di kuartal ketiga (Q3) 2023, setelah pelemahan dua kuartal berturut-turut.

Produk domestik bruto (PDB) Thailand tumbuh 1,5% tahun-ke-tahun (yoy) untuk kuartal yang berakhir September, menurut data resmi. Angka ini jauh di bawah ekspektasi sebesar 2,4% oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters dan lebih rendah dari ekspansi sebesar 1,8% pada kuartal kedua.

“Belanja publik, persediaan dan ekspor barang melambat meskipun konsumsi swasta dan pariwisata menguat,” kata Ekonom Bank DBS Chua Han Teng, dikutip CNBC International. “Lemahnya PDB sisi produksi selama beberapa kuartal berturut-turut menandakan ekonomi Thailand lebih lemah dari yang ditunjukkan sentimen pasar, meskipun ada pertumbuhan konsumsi yang kuat,” kata analis di Bank of America Global Research dalam sebuah catatan. “Mengantisipasi dampak yang lebih nyata dari pengetatan kebijakan moneter di masa depan.

Sebenarnya, Bank of Thailand (BOT) telah menaikkan suku bunga utamanya untuk kedelapan kalinya berturut-turut pada pertemuan kebijakan bulan September. Bank sentral itu mengatakan pertumbuhan ekonomi dan tekanan inflasi akan meningkat tahun depan.

Analis di Nomura memperkirakan bank sentral Thailand akan mengambil jeda pada pertemuan berikutnya pada 29 November dan hingga tahun 2024. “Namun, kami terus melihat risiko penurunan suku bunga pada awal kuartal kedua tahun 2024,” kata Nomura.

Jeda yang lama atau potensi penurunan suku bunga kebijakan BOT juga bisa menjadi berita buruk bagi baht Thailand. Bath telah merosot 1,3% terhadap dolar sepanjang tahun ini dan sedang menuju penurunan tahunan keempat.

“Yang penting, lemahnya PDB kuartal ketiga kemungkinan akan mengintensifkan dorongan pemerintah untuk memberikan dompet digital dalam jumlah besar, meskipun ada ketidakpastian seputar rencana pembiayaan,” tambah Nomura.

Thailand berbulan-bulan mengalami kebuntuan politik dan volatilitas pasar saham. September, Srettha Thavisin terpilih sebagai Perdana Menteri (PM) Thailand dan dihadapkan pada pemulihan ekonomi jangka panjang yang diyakini bakal menjadi tantangan.