Militer RI Kesulitan Mengatasi Gangguan dari Tetangga, Pemberontakan Membuat Kekacauan

by -92 Views

Babak baru konflik bersenjata antara pasukan oposisi dan junta militer Myanmar terus bergulir. Terbaru, pasukan oposisi disebut telah merebut kota Kawlin di Negara Bagian Shan, Myanmar tengah.

Menurut laporan Myanmar Now, yang dikutip Reuters, Rabu (8/11/2023), kelompok oposisi Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) memujinya sebagai kemenangan penting. Keunggulan NUG ini juga disampaikan Mantan Jenderal Myint Swe,

Ini adalah kemunduran paling serius yang dialami junta sejak mereka merebut kekuasaan pada Februari 2021. Setelah dua setengah tahun memerangi pemberontakan bersenjata yang dipicu oleh kudeta yang membawa bencana, militer terlihat lemah dan mungkin bisa dikalahkan.

Pemerintah menanggapinya dengan serangan udara dan pemboman artileri, yang memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka. Namun mereka tidak mampu mendatangkan bala bantuan atau memulihkan kekuatan mereka yang telah hilang.

Sulitnya Menembus Shan

Shan sendiri merupakan rumah dari berbagai kelompok pemberontak. Tercatat, ada 3 tentara kelompok pemberontak etnis di Negara Bagian Shan, yang telah menyerbu puluhan pos militer, dan merebut penyeberangan perbatasan serta jalur perdagangan darat dengan China.

Ketiga kelompok pemberontak ini sudah lama mempunyai ambisi untuk memperluas wilayah yang mereka kuasai. Dan yang terpenting, China, yang biasanya bertindak sebagai pihak yang mengekang semua kelompok di sepanjang perbatasannya dengan Myanmar, tidak menghalangi mereka untuk beroperasi.

“Hal ini mungkin disebabkan oleh rasa frustrasi mereka terhadap kelambanan pemerintah militer terhadap pusat penipuan yang menjamur di Negara Bagian Shan. Ribuan warga China dan orang asing lainnya dipaksa bekerja di pusat penipuan ini. Para pemberontak mengatakan salah satu tujuan mereka adalah untuk menutup mereka,” tulis laporan BBC.

Selain itu, kelompok pemberontak di Shan memiliki sumber daya besar dari pendapatannya. Selain diketahui menjual narkoba, mereka juga baru-baru ini mulai menjadi tuan rumah bisnis yang berkembang pesat di sektor kasino dan pusat penipuan.

Peta Kekuatan

Dari beberapa kelompok pemberontak di Shan, yang terkuat dari semuanya adalah Wa, dengan senjata modern yang canggih dan sekitar 20.000 tentara yang didukung oleh China. Lalu ada pula Kokang, kelompok etnis Tionghoa yang memiliki tradisi pemberontakan yang panjang, serta suku Palaung, atau Ta’ang, yang tinggal di desa-desa terpencil di puncak bukit.

Tak hanya penduduk asli, ada juga pasukan Rakhine, yang sebenarnya berasal dari Negara Bagian Rakhine di sisi lain Myanmar.

Kelompok Wa menyetujui gencatan senjata dengan militer Myanmar pada tahun 1989, dan secara umum menghindari bentrokan bersenjata. Mereka menyatakan netral dalam konflik antara junta dan oposisi. Namun mereka dianggap sebagai sumber senjata yang digunakan kelompok perlawanan anti-militer di bagian negara lainnya.

Tiga tentara etnis lainnya, MNDAA Kokang, TNLA Ta’ang, dan Tentara Arakan, telah membentuk diri mereka sendiri menjadi apa yang mereka sebut Aliansi Persaudaraan. Mereka semua telah berulang kali bentrok dengan militer sejak kudeta, namun selalu demi kepentingan teritorial mereka sendiri, bukan untuk mendukung NUG, yang mana mereka juga tergabung di dalamnya.

Ketiga kelompok pemberontak ini diam-diam telah memberikan perlindungan, pelatihan militer, dan sejumlah senjata kepada para pembangkang dari wilayah lain di Myanmar.

Hubungan dengan China

Namun, karena letaknya yang berada di perbatasan China, mereka juga harus mempertimbangkan kekhawatiran Beijing, yaitu menjaga stabilitas perbatasan dan kelancaran perdagangan. China telah memberikan dukungan diplomatik kepada junta dan menjaga jarak dari NUG.

Pada bulan Juni tahun ini, di bawah tekanan China, ketiga pemberontak di Shan yang tergabung dalam Aliansi Persaudaraan setuju untuk bergabung dalam perundingan damai dengan militer, meskipun perundingan tersebut segera gagal. Walau begitu, setidaknya mereka tampaknya masih menghindari perang saudara yang lebih luas.

Namun sebuah operasi yang bernama Operasi 1027, yang dinamakan karena diluncurkan pada 27 Oktober, telah mengubah hal itu.

Mereka telah mencapai kemajuan yang dramatis. Seluruh unit tentara telah menyerah tanpa perlawanan. Aliansi tersebut mengatakan mereka telah merebut lebih dari 100 pos militer, dan empat kota, termasuk perbatasan di Chin Shwe Haw, dan Hsenwi, yang terletak di jalan menuju Muse, pintu gerbang utama ke China.

Mereka meledakkan jembatan untuk mencegah masuknya bala bantuan militer, dan mengepung kota Laukkaing, di mana China percaya kota itu menjadi tempat banyak pusat penipuan dijalankan oleh keluarga-keluarga yang bersekutu dengan junta.

Ribuan warga negara asing diyakini terjebak di Laukkaing, dimana terjadi kekacauan ketika orang-orang mengantri untuk mendapatkan sisa makanan yang terbatas di kota tersebut. China telah memperingatkan seluruh warganya untuk mengungsi melalui perbatasan terdekat.

Aliansi Persaudaraan-NUG

Aliansi Persaudaraan mengatakan tujuan akhir mereka sekarang, seperti halnya NUG, adalah menggulingkan pemerintahan militer.

NUG, yang pejuang sukarelawannya telah melancarkan perjuangan bersenjata yang sangat tidak seimbang melawan kekuatan penuh angkatan darat dan udara, memuji keberhasilan aliansi tersebut, dan berbicara tentang momentum baru dalam perjuangan mereka.

Sementara itu, Pasukan Pertahanan Rakyat Pro-NUG, yang tidak memiliki persenjataan dan pengalaman sebaik pemberontak Shan, telah melancarkan serangan mereka sendiri di wilayah dekat Negara Bagian Shan untuk mengambil keuntungan dari kelemahan militer, dan untuk pertama kalinya merebut ibu kota distrik.