Biden Mendorong Israel-Gaza untuk Tidak Mengadakan Gencatan Senjata

by -128 Views

Situasi di Gaza, Palestina semakin memburuk. Militer Israel telah mengepung daerah tersebut dengan tentara daratnya. Namun, Amerika Serikat (AS) tidak menyerukan gencatan senjata seperti yang dilakukan oleh 120 negara di PBB minggu lalu. Sebaliknya, AS menyuarakan “jeda kemanusiaan dalam konflik Israel-Hamas” pada Kamis malam (2/11/2023).

Pejabat senior Gedung Putih mengungkapkan hal ini setelah Presiden Joe Biden didesak oleh seorang warga dalam sebuah pertemuan publik untuk menyerukan gencatan senjata dalam perang. “Saya pikir kita perlu jeda,” kata Biden. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby menjelaskan apa yang dimaksud dengan jeda tersebut. Namun, AFP menegaskan bahwa ini jauh dari gencatan senjata yang diminta secara umum.

Kirby mengatakan bahwa “jeda kemanusiaan bersifat sementara, terlokalisasi, dan terfokus, serta fokus pada tujuan atau sasaran tertentu, dengan memberikan bantuan kemanusiaan masuk dan memungkinkan orang keluar.” Kirby menjelaskan bahwa gagasan umumnya adalah dalam wilayah geografis yang terbatas, akan ada penghentian permusuhan untuk sementara waktu yang cukup untuk memungkinkan apa pun yang diizinkan.

Gedung Putih sebenarnya pernah menyerukan “jeda kemanusiaan” serupa sebelumnya untuk mengirim bantuan ke Gaza atau melakukan evakuasi. Namun, mereka menolak untuk membahas gencatan senjata, dengan percaya bahwa hal itu hanya akan menguntungkan Hamas.

Perang antara Hamas dan Israel telah berlangsung hampir satu bulan. Selama itu, Gaza, Palestina, terus dibombardir oleh Israel. Lebih dari 8.500 warga sipil Gaza tewas, termasuk 3.000 anak-anak. Kritik terus dilayangkan dari berbagai negara, bahkan ada yang memutus hubungan dengan Israel.

Beberapa negara, seperti Bolivia, Chile, Kolombia, dan Yordania, telah memutus hubungan diplomatik dengan Israel atau memanggil kembali duta besarnya. Negara-negara ini menyatakan bahwa apa yang dilakukan Israel terhadap Gaza adalah pembantaian terhadap rakyat Palestina.