Taiwan Angkat Bicara Soal Ancaman Militer China Terhadap Pemilu
Taiwan angkat suara terkait pergerakan militer China yang dianggap terkait dengan pemilu yang akan dilaksanakan di pulau itu pada 13 Januari mendatang. Kementerian Pertahanan Taiwan menyampaikan hal ini, Selasa (26/12/2023).
Dalam pemaparan, Taiwan mengatakan bahwa mereka tidak melihat adanya tanda-tanda aktivitas militer China dalam skala besar menjelang pemilu. Terkait dengan laporan mengenai balon Beijing yang terbang di wilayah udara Taipei, pemerintah Taiwan hanya menyebut kemungkinan hal tersebut dilakukan untuk tujuan pemantauan cuaca.
“Sejauh ini kami belum melihat tanda-tanda mereka melakukan tindakan besar, namun tidak ada hal hari ini yang berarti tidak akan ada tindakan apa pun besok atau lusa,” kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Taiwan Sun Li-fang kepada wartawan di Taipei.
China diketahui tidak menyukai calon presiden terdepan, Lai Ching-te, dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa, dan seringkali mencela dia sebagai seorang separatis. China juga memperingatkan setiap langkah menuju kemerdekaan formal Taiwan merupakan tindakan yang bisa memicu perang.
Lai telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Beijing namun ditolak. Dia juga mengatakan bahwa Taiwan sudah menjadi negara merdeka yang disebut Republik China, nama resminya.
Taiwan sendiri terbentuk setelah pemerintahan republik di China yang kalah dalam perang saudara melarikan diri ke Pulau Formosa pada tahun 1949. Eksistensi Taiwan didukung oleh Amerika Serikat, negara-negara Barat, dan dunia demokrasi.
Beijing selalu menegaskan klaim bahwa pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu adalah bagian integral dari kedaulatannya. Presiden China, Xi Jinping, bahkan beberapa kali menegaskan bahwa keduanya harus dapat disatukan, dan kemerdekaan Taiwan berarti perang.