Jumlah klaim tunjangan pengangguran di Amerika Serikat (AS) melonjak ke level tertinggi dalam delapan bulan terakhir. Data per 31 Mei 2025 menunjukkan bahwa klaim tunjangan pengangguran naik sebanyak 8.000 menjadi total 247.000 pengajuan, mendekati rekor tertinggi saat pandemi COVID-19 mencapai 250.000 pengajuan. Fenomena ini seiring dengan meningkatnya jumlah pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan PHK massal di berbagai sektor akibat turunnya ekspektasi penjualan dan laba sejumlah perusahaan di tahun 2025.
Procter & Gamble (P&G), yang merupakan raksasa perusahaan consumer goods terbesar di dunia, misalnya telah mengumumkan rencana pemangkasan 7.000 pekerja. Sementara perusahaan lain seperti Workday, Dow, CNN, Starbucks, Southwest Airlines, Microsoft, serta Meta (perusahaan induk Facebook) juga telah mengumumkan pemutusan hubungan kerja massal terhadap karyawannya. Trump yang sebelumnya menerapkan kebijakan tarif, meskipun telah menghentikan sebagian kebijakan tersebut, masih meninggalkan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global yang dapat merugikan pasar tenaga kerja AS yang selama ini stabil.
Di tengah pemotongan anggaran pemerintah AS, banyak pegawai pemerintah federal juga di PHK secara drastis untuk tujuan efisiensi anggaran pemerintah. Meskipun ada peningkatan lowongan pekerjaan yang tak terduga pada April, optimism terhadap pasar tenaga kerja AS masih rendah. Selain itu, terdapat laporan bahwa total pekerja yang menerima tunjangan pengangguran di AS turun tipis menjadi 1,9 juta per 24 Mei. Situasi yang semakin memanas ini menimbulkan dampak signifikan bagi pasar tenaga kerja AS dan kebijakan pemerintah.