Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani membantah kabar bahwa perusahaan asal Korea Selatan yakni LG Energy Solution menarik diri secara keseluruhan dari investasi di RI. Khususnya, terkait proyek investasi baterai kendaraan listrik di Indonesia senilai US$ 9,8 miliar atau setara RP 165,3 triliun (asumsi kurs US$ 16.867 per US$). Rosan menyebut LG hanya mengundurkan diri dari sebagian proyek yang telah direncanakan sejak awal kerja sama dimulai pada tahun 2020. Adapun, kesepakatan tersebut mencakup empat rencana joint venture (JV) yang melibatkan berbagai tahapan produksi, mulai dari pertambangan nikel hingga daur ulang baterai.
Menurut Rosan, keputusan untuk tidak melanjutkan seluruh proyek bersama LG bukan berasal sepenuhnya dari pihak perusahaan Korea tersebut. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah memutuskan untuk menghentikan negosiasi lanjutan dengan LG dan memilih menjalankan proyek ini dengan partner lainnya. Rosan menegaskan bahwa ini sesuai dengan surat yang diterbitkan Kementerian ESDM pada 31 Januari 2025, dimana proses negosiasi sudah berlangsung terlalu lama dan Indonesia ingin proyek berjalan dengan cepat.
Setelah LG mundur dari proyek investasi baterai kendaraan listrik senilai US$ 9,8 miliar, proyek tersebut akan dipimpin oleh perusahaan asal China, yaitu Huayou, yang sebelumnya juga telah menjadi bagian dari konsorsium proyek ini bersama LG. Huayou sudah menunjukkan minat untuk bergabung sejak tahun 2024. Selain itu, perusahaan lain yang akan menggantikan posisi LG dalam proyek ini adalah Indonesia Battery Corporation dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk.
Dengan mundurnya LG dan bergantinya beberapa perusahaan dalam proyek tersebut, Huayou menjadi leading dalam konsorsium proyek ini. Rosan menegaskan bahwa total investasi proyek tetap tidak berubah sebesar US$ 9,8 miliar. Sehingga, meskipun terjadi perubahan dalam struktur konsorsium, proyek ini tetap akan berlanjut dengan pesat.