Israel telah memulai perluasan besar operasi militer di Gaza, dengan tujuan menguasai sebagian besar wilayah kantong tersebut. Menteri Pertahanan Israel Katz menekankan bahwa operasi ini akan membersihkan militan dan infrastruktur, serta merebut wilayah-wilayah luas untuk ditambahkan ke zona keamanan Negara Israel. Meskipun pernyataan Katz tidak memberikan detail tentang jumlah tanah yang akan direbut atau apakah tindakan tersebut bersifat permanen, Israel telah menguasai sekitar 62 km persegi dari total wilayah Gaza sebagai bagian dari zona penyangga di sekitar wilayah kantong tersebut.
Selain itu, Israel telah memberikan peringatan evakuasi kepada warga Gaza, terutama di distrik selatan, dan telah mengusir sebagian besar penduduk setelah restu Presiden AS Donald Trump untuk evakuasi permanen dan pembangunan resor pantai di bawah kendali AS. Meskipun tekanan terhadap Hamas semakin meningkat, warga Gaza juga memprotes kelompok tersebut yang telah menguasai daerah kantong itu sejak 2007.
Namun, situasi semakin memburuk dengan meningkatnya operasi di Gaza, Lebanon selatan, dan Suriah dari pihak Israel. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa 53 orang, termasuk 19 anak-anak, tewas dalam serangan yang dilakukan Israel, meskipun Israel mengklaim menyerang pusat komando dan kendali Hamas untuk mengurangi risiko bagi warga sipil. Di tengah tragedi ini, keluarga sandera yang masih ditahan di Gaza juga diliputi ketakutan dengan peluang keberhasilan operasi militer yang diperluas.
Dengan jumlah korban yang terus bertambah, ketegangan dan kekerasan di Gaza semakin meningkat, membawa dampak kemanusiaan dan keamanan yang serius. Semua pihak diharapkan dapat mencari jalan keluar yang damai untuk mengakhiri pertempuran dan mencegah tindakan yang lebih merugikan bagi warga sipil yang tidak bersalah.